REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Rafael Nadal meraih gelar Grand Slam ke-19 setelah mengalahkan petenis asal Rusia, Daniil Medvedev, di Amerika Serikat (AS) Terbuka 2019, Senin (9/9) WIB. Nadal mengalahkan lawannya dengan skor 7-5, 6-3, 5-7, 4-6, dan 6-5.
Pertandingan final di Stadion Arthur Ashe, Flushing Meadows, New York, itu berlangsung selama empat jam 50 menit. Tangis petenis asal Spanyol tersebut pecah seusai memenangkan laga sengit. Nadal akhirnya berhak membawa pulang hadiah sejumlah 3,85 juta dolar AS atau setara Rp 54 miliar.
Julukan 'Raja Tanah Liat' pun tak membuat Nadal terdominasi permainan lawan. Tampil di lapangan keras Flushing Meadows, Nadal berhasil membuktikan keraguan penonton.
"Salah satu malam yang paling emosional dalam karier tenis saya. Tiga jam laga berlangsung sengit, kan? Itu sangat menguras fisik dan mental," kata Nadal seperti dikutip dari AP.
Gelar terbaru Nadal pun hampir menyamai rekor milik Roger Federer yang sudah lebih dulu meraih 20 trofi Grand Slam. Nadal yang kini sudah berusia 33 tahun merupakan atlet tertua yang menjuarai US Open tahun ini karena Federer (38 tahun) sudah kalah di perempat final.
Jarak rekor Nadal dengan Federer adalah yang tertipis selama 15 tahun. Keduanya memulai persaingan saat Nadal pertama kali menyabet gelar Grand Slam di Roland Garros tahun 2005 setelah Federer sudah menyabet trofi Wimbledon 2003.
Ia juga dinobatkan sebagai petenis tunggal putra pertama yang sudah mengoleksi lima gelar AS Terbuka meski sudah berusia lebih dari 30 tahun. Nadal menyatakan ingin pensiun dengan rekor Grand Slam tertinggi di dunia.
Petenis Swis Roger Federer (kanan) dan Rafael Nadal berpelukan usai pertandingan semifinal Wimbledon di London, Jumat (12/7) waktu setempat. Federer melaju ke final dan bertemu Novak Djokovic.
Di satu sisi, Nadal memuji habis-habisan lawan yang ia temui di partai puncak. Ia tak menyangka, menghadapi petenis berusia 23 tahun dengan agresivitas tinggi dan pertahanan yang kuat.
Meski sadar laga final itu yang pertama kali dihadapi Medvedev, Nadal mengakui kualitas yang dimiliki lawannya berada di atas rata-rata, saat ia memperhatikan cara Medvedev menggiring bola mendekati garis tepi sehingga menyulitkan langkah nadal.
Pernyataan Nadal bukan tanpa alasan. Pasalnya, tinggi 198 cm yang dimiliki Medvedev menjadi modal utama langkah dan jangkauan yang lebih lebar. Ia pun unggul 75-62 dalam urusan permainan bola-bola pojok.
"Cara dia bertarung dan mengganti ritme pertandingan sangat menakjubkan. Laga ini benar-benar bersejarah dan tak akan saya lupakan," ujar Nadal.
Sanjungan pun datang dari sang pelatih, Carlos Moya. Ia menyebut Nadal menampilkan kemampuan di luar nalar sebagai atlet. Sebab, ia sempat merasa Nadal sudah berada di ujung tanduk ketika sudah unggul dua set, tetapi sang lawan mampu menyamakan kedudukan di gim keempat.
"Apa yang kita lihat adalah cara Nadal bertahan, benar-benar di luar kenyataan. Kita memang harus genius secara mental. Lihat caranya tetap berjuang dan membalikkan keadaan," kata Moya.
Daniil Medvedev
Di sisi lain, Medvedev mengaku kehabisan kata-kata setelah kalah dari Nadal di final Grand Slam pertamanya. Ia justru berkelakar saat gagal menang dari lawannya karena mengaku rasa gugup memenuhi dirinya selama pertandingan.
"Apa lagi yang mesti saya katakan? Saya sangat mengingat pertandingan itu dan merasa seperti pria berusia 70 tahun," katanya.
Partai final yang dihadapi Medvedev juga merupakan laga terpanjang dalam perjalannya mengarungi AS Terbuka. Meski tak diunggulkan, ia beberapa kali berhasil membuat Nadal kelimpungan dengan pola permainan yang dimainkannya.
Medvedev hampir mewujudkan mimpinya merebut gelar Grand Slam pertama sekaligus menjadi pemecah rekor sejak 1949 pemenang AS Terbuka dengan kalah dalam dua set awal. n muhammad ikhwanuddin, ed: gilang akbar prambadi