Selasa 10 Sep 2019 19:25 WIB

Dagestan, Pegunungan Terpencil Penghasil Petarung MMA

Nama Dagesta menjadi perhatian publik setelah kegemilangan Khabib Nurmagomedov di UFC

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Bayu Hermawan
Khabib Nurmagomedov usai pertarungan melawan Dustin Poirier
Foto: AP
Khabib Nurmagomedov usai pertarungan melawan Dustin Poirier

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petarung Mix Martial Arts (MMA) asal Rusia, Khabib Nurmagomedov kembali menyita perhatian setelah mengalahkan Dustin Poirier dalam ajang Ultimate Fighting Championship (UFC) 242 di Abu Dhabi, beberapa waktu lalu.

Khabib berhasil membungkam segala diskriminasi yang berhubungan dengan latar belakangnya sebagai muslim sekaligus berasal dari pedalaman terpencil di belahan selatan Rusia.

Baca Juga

Ia bukan satu-satunya petarung asal Dagestan. Setidaknya ada 10 nama yang dijuluki 'The Highlanders' atau 'Orang-orang Gunung'. Khabib Nurmagomedov dengan rekor tak terkalahkan di UFC dan Volk Han yang menjadi pionir petarung asal Dagestan menjadi sosok yang paling sering disebut-sebut oleh media massa.

Namun, nama Dagestan masih  terdengar asing di mata dunia meski melahirkan serentetan petarung unggulan. Wilayah yang menyatakan diri sebagai republik itu sejatinya dipimpin oleh seorang presiden meski termasuk ke dalam wilayah federasi Rusia. Republik Dagestan terletak di Kaukasus Utara Rusia yang berbatasan dengan Chechnya dan Georgia di barat, Azerbaijan di selatan dan Laut Kaspia sebelah timur.

Seperti dilansir RBTH, Dagestan secara harfiah berasal dari kata 'Dages' yang berarti gunung dan 'Stan' yang diartikan 'tanah'. Kawasan ini dipenuhi dengan dataran tinggi, bahkan di beberapa tempat hanya bisa dijangkau dengan helikopter. Kalangan masyarakat Muslim yang menjadi mayoritas republik itu telah menetap di antara lembah-lembah sejak abad pertengahan.

Republik itu dikenal masyarakat Rusia dengan keragaman etnis dan linguistiknya. Dagestan adalah rumah dari lebih dari 30 bahasa. Sedangkan etnis yang ada di sana terdapat Avar, Dargins, Kumyks ,Lezgins, dan etnis Rusia. Ada juga Laks, Tabasarans serta Nogai. Di antara mereka, Avar adalah etnis yang terbesar.

Di lihat dari sisi sejarah, Dagestan adalah tempat kelahiran Imam Shamil, pejuang legendaris pada abad ke-19 yang mempelopori perlawanan sengit terhadap kekaisaran Rusia oleh suku Chechnya dan Dagestan. Pada revolusi Bolshevik awal 1920-an di Rusia, Dagestan dijadikan republik Soviet otonom dalam Federasi Rusia. Lalu di bawah periode Stalin, rakyatnya lolos dari deportasi massal, tak seperti yang dialami warga Chechnya.

Setelah Uni Soviet jatuh, penguasa republik Dagestan menyatakan tetap berpihak kepada Rusia. Meski demikian, wilayah itu lalu disebut banyak terjadi pelanggaran hukum berupa kasus korupsi.  Kasus penculikan, kekerasan dan penjualan senjata api marak terjadi di wilayah dengan jumlah penduduk 2 juta jiwa tersebut. Karena itulah, anak-anak mulai diajarkan bela diri seiring dengan banyaknya pusat pelatihan gulat di wilayah itu.

Moskow menyalahkan sebagian besar ini pada separatisme yang berbasis di Chechen. Tetapi yang lain mengatakan warga di sana memang terbiasa dengan budaya senapan. Namun di balik cerita gelap tentang Dagestan, daerah itu diperkirakan sebagai pintu masuk ajaran Islam.

Hal itu dibuktikan dengan adanya Masjid  Derbent yang dianggap tertua di Rusia, dibangun pada tahun 733-734 masehi. UNESCO pun mencatat masjid tersebut sebagai warisan budaya.

Tak hanya bela diri, warga Dagestan juga tergila-gila dengan sepak bola. Tahun 2011, dunia dihebohkan dengan transfer Samuel Eto'o dari Inter ke Anzhi Makhachkala, klub sepak bola yang dibentuk pada 1991.

Konglomerat asal Makhachkala, Suleyman Kerimov menjadi sosok yang dinilai berjasa mengorbitkan klub yang baru merasakan kasta tertinggi sepak bola Rusia meski tak setenar Spartak Moscow atau Zenith St.Petersburg. Dengan gelotoran dana besar, ia mampu mengontrak sekaligus menjadikan Eto'o sebagai pemain dengan gaji  tertinggi di dunia saat itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement