Kamis 12 Sep 2019 18:31 WIB

Yuni Kartika Khawatir Regenerasi Bulu Tangkis Terhambat

Yuni menilai PB Djarum telah membuat ekosistem bulu tangkis di Indonesia.

Humas PBSI, Yuni Kartika
Foto: PBSI
Humas PBSI, Yuni Kartika

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan atlet bulu tangkis Yuni Kartika mengkhawatirkan regenerasi atlet bulu tangkis Indonesia terhambat. Ini seiring dengan keluhan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang menganggap PB Djarum telah mengeksploitasi anak.

"Ini yang terpenting di sisi mata rantai paling bawah yakni audisi, kalau harus berhenti ini benar-benar bisa mematikan bibit-bibit awal," kata Yuni, Kamis (12/9).

Baca Juga

Jebolan PB Djarum ini menganggap organisasi itu bukan hanya membina atlet, namun lebih jauh telah membuat ekosistem bulu tangkis di Indonesia. Hal ini berbeda dari PT Djarum sebagai perusahaan rokok. "PB Djarum telah membuat ekosistem bulu tangkis dari hulu ke hilir mulai dari pembinaan, audisi, hingga mengantarkan atlet menuju pintu gerbang pentas dunia," ujar Yuni.

Hasilnya adalah para pemain yang telah mengharumkan nama bangsa seperti Alan Budikusuma, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, Mohammad Ahsan, Kevin Sanjaya Sukamuljo hingga Praveen Jordan.

"Saya adalah produk audisi, dari kecil saya melihat PB Djarum itu impian saya. Melihat ada Liem Swie King dan ingin seperti dia dan tidak pernah berpikir bahwa PB Djarum itu rokok," kata Yuni.

Apabila nama Djarum dihilangkan demi menghapus citra eksploitasi anak, lanjut Yuni, maka itu juga telah mencabut identitas kebanggaan anak-anak yang bermimpi menjadi bagian PB Djarum. "Namanya persatuan bulu tangkis itu bukan brand rokok. Itu adalah kebanggaan identitas dari sebuah klub. Bagaimana itu bisa diganti itu sangat enggak masuk akal," kata dia.

Yuni mengharapkan audisi bulu tangkis tetap berlanjut demi regenerasi atlet Indonesia. "Bagaimanapun kita harus bisa berjalan dengan restu dari semua pihak, dan kita mau audisi berjalan di setiap daerah di setiap provinsi tanpa ada halangan," jelas dia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement