REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kompetisi sepak bola Liga 1 Putri 2019 akan kick-off pada 6 Oktober 2019. Total ada 10 tim yang akan berpartisipasi pada edisi pertama kompetisi kasta tertinggi sepak bola wanita Indonesia ini. Daftar tim tersebut antara lain Persija Jakarta, PS Tira Persikabo, PSS Sleman, PSIS Semarang, Persib Bandung, PSM Makassar, Persipura Jayapura, Arema FC, Bali United, dan Persebaya Surabaya.
PSSI selaku operator Liga 1 Putri 2019 telah membagi 10 klub yang terdaftar ke dalam dua grup, yakni Grup A dan Grup B. Klub yang tergabung dalam Grup A antara lain Persija Jakarta, Persib Bandung, PS Tira Persikabo, PSS Sleman, dan PSIS Semarang. Sementara Arema FC, Bali United, Persebaya Surabaya, Persipura Jayapura, dan PSM Makassar termasuk dalam Grup B.
Setiap klub akan berkompetisi dengan klub lain di dalam satu grup untuk memperebutkan posisi teratas dan runner-up. Pada fase grup ini, PSSI akan menggunakan format empat seri.
Pada setiap seri, tim akan melawan empat tim lainnya dalam kurun waktu enam hari. Artinya, setiap peserta akan memainkan 16 laga sebelum dua tim terbaik melaju ke babak semifinal. Sejak babak ini, akan digunakan sistem gugur hingga partai final. Dalam hal tuan rumah di masing-masing seri, PSSI masih menunggu pengajuan dari peserta kompetisi.
Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali menilai sebagai permulaan tentu kompetisi kasta tertinggi sepak bola nasional putri ini perlu didukung. Menurutnya wajar jika masih dilakukan trial and error untuk mendapatkan pola terbaik di musim-musim selanjutnya. "Liga 1 Putri edisi pertama ini baru sebatas trial, belum semua klub terlibat. Bagus bila edisi pertama ini dikuatkan regulasinya. Sebagai fondasi untuk ke depannya," kata Akmal kepada Republika, Kamis (26/9).
Akmal mengungkapkan, format yang digunakan pada kompetisi ini meniru format Indonesia Futsal League (IFL). Menurutnya cara ini baik untuk melihat sejauh mana animo masyarakat di sejumlah daerah terkait sepak bola putri. Dia menilai durasi yang terkesan dipaksakan sejatinya tidak cukup untuk recovery pemain. Pasalnya, pemain dipaksa untuk memainkan empat laga dalam durasi enam hari dan terus begitu pada pekan-pekan selanjutnya.
"Tapi, ya namanya trial and error, coba-coba. Adanya kemauan klub untuk membentuk tim putri saja sudah bagus," lanjut dia.
Koordinator Save Our Soccer (SOS) ini berharap ke depannya ada regulasi yang jelas. Kalau bisa, kata dia, semua kontestan di Liga 1 diwajibkan untuk memiliki tim putri. Hal ini memungkinkan agar setiap laga tandang, masing-masing tim membawa paketan pemain, putra dan putri. Menurutnya hal ini perlu menjadi perhatian dari calon-calon ketua umum PSSI mendatang.
Salah satu trik untuk menarik minat masyarakat kepada sepak bola putri, Akmal menyarankan agar laga antara putra dan putri dalam satu tim berlangsung di hari yang sama. "Penonton bisa dimanjakan, satu tiket nonton dua pertandingan misalnya. Ini sekaligus ikut mengatrol atmosfer liga putrinya," tutur dia.
Ia berharap sisi kelam sepak bola putra tak terjadi di putri di antaranya pengaturan juara dan skor.