Jumat 18 Oct 2019 08:21 WIB

Sepatu Emas dan Hegemoni La Liga

La Liga dinilai memberi keleluasaan pada para striker untuk lebih mudah mencetak gol.

Rep: Anggoro Pramudya/ Red: Endro Yuwanto
Lionel Messi
Foto: EPA-EFE
Lionel Messi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lionel Messi berhasil mendapatkan penghargaan Sepatu Emas (Golden Boot) keenam setelah menjadi pencetak gol terbanyak di divisi teratas liga-liga Eropa musim 2018/2019. Kapten Barcelona dan timnas Argentina itu memenangkan penghargaan individu setelah mengantongi 36 gol dalam 34 laga yang dilakoninya di musim sebelumnya.

Sepatu emas di dunia sepak bola diberikan ke pemain yang berhasil mencetak gol terbanyak selama satu musim penuh. Penghargaan individu ini dimulai pertama kali pada musim 1967/1968 yang dimenangkan legenda timnas Portugal Eusebio dengan sumbangsih 42 golnya untuk Benfica. Saat itu, Golden Boot disebut juga sebagai Soulier d’Or yang bermakna sama.

Baca Juga

Merujuk pada pencapaian individu Messi, gelar Sepatu Emas bisa dikatakan menjadi bukti superior para striker yang bermain di kompetisi La Liga Spanyol. Sebab, dalam satu dekade terakhir titel tersebut selalu jatuh ke tangan bomber dari kompetisi domestik Negeri Matador.

photo
Lionel Messi (kiri) dan Cristiano Ronaldo.

Hegemoni striker La Liga dimulai pada musim 2008/2009 melalui attcante Atletico Madrid, Diego Forlan. Itu menjadi titel kedua Forlan di dua tim berbeda, Villarreal pada 2004/2005 dan Atletico empat tahun berikutnya. Menarik, setelah era Forlan, Sepatu Emas jadi altar panggung bagi dua pemain terbaik dunia, Messi dan Cristiano Ronaldo, yang keduanya lagi-lagi bermain untuk klub Spanyol, Barcelona serta Real Madrid.

Messi mengawalinya pada 2009/2010, disusul Ronaldo pada 2010/2011 saat sudah berseragam Madrid. Hanya satu musim penyerang Liga Primer Inggris mejeng di penghargaan untuk para striker, melalui penyerang Liverpool Luis Suarez.

Dominasi penyerang-penyerang La Liga lebih banyak dikuasai Messi dan Ronaldo dengan total 9 dari 14 gelar. Tanpa mengurangi rasa hormat, ketajaman Messi dan Ronaldo sudah jelas diakui banyak penggemar sepak bola dunia.

Namun, apakah faktor individu berpengaruh dengan penghargaan tersebut? Padahal di kompetisi domestik Eropa lainnya, khususnya tim-tim elite memiliki penyerang hebat, semacam Mohamed Salah (Liverpool), Sadio Mane (Liverpool), Sergio Aguero (Manchester City), Robert Lewandowski (Bayern Muenchen), dan Gonzalo Higuain (Juventus).

Dominasi La Liga ini dimungkinkan dengan cara bermain tiap klub yang mengacu pada permainan indah khas latin yang lebih terbuka. Memberikan keleluasaan kepada para penyerang sehingga mudah untuk mencetak gol. Berbanding dengan sepak bola Inggris terlebih Italia yang cendrung taktis.

Merujuk pada kutipan Ronaldo saat sudah berseragam Juventus, penyerang bernomor punggung 7 tersebut mengakui, olahraga si kulit bundar di Negeri Pasta sangat menyulitkan bagi seorang striker. Seluruh tim Italia mengedepankan taktis dengan kualitas bek-bek hebat.

Sedangkan, mantan striker timnas Italia Chirstian Vieri yang pernah mengecap manisnya rumput sepak bola Spanyol dengan Atletico Madrid pada 1997/1998 membenarkan apabila La Liga adalah surga bagi para penyerang manapun untuk menunjukan produktivitasnya. "Mencetak gol di sana (La Liga) sangatlah mudah," tulis Vieri dalam otobiografinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement