REPUBLIKA.CO.ID, BARCELONA -- Lionel Messi boleh digdaya bersama Barcelona. Ini dalam konteks raihan gelar.
Ia telah merasakan semua trofi di level klub, dalam balutan kostum Raksasa Katalan. Namun, hal berbeda jika bicara pencapaiannya di tim nasional Argentina.
Prestasi terbaiknya menjadi juara dunia Piala Dunia U-20 (2005). Juga medali emas Olimpiade Beijing pada 2008 silam.
Selebihnya di nomor senior, ia belum pernah merasakan gelar. Catatan tertingginya, ketika memimpin La Albicelste ke tiga final.
Pertama, final Piala Dunia 2014. Kemudian laga puncak Copa Amerika 2015, dan 2016. Walhasil, kritik pedas untuk dirinya sering terdengar.
Messi membela diri. Ia merasa warga negaranya, terlalu berlebihan dalam menetapkan standar kualitas skuat Argentina di eranya.
"Salah satu kesalahan terbesar kami, merasa kami yang terbaik dalam segala hal. Kebenaranya dalam banyak hal, kami jauh tertinggal dari tim lain," kata La Pulga, dikutip dari Marca, Sabtu (19/10).
Dalam dua dekade terakhir, kekuatan sepak bola kian merata. Bahkan di Amerika Selatan, Cile, Kolombia, dan Uruguay bisa merepotkan Argentina dan Brasil.
Dalam konteks global, tim-tim Eropa kian menggila. Jerman, Spanyol, Inggris, Portugal, Perancis, Belanda, juga Belgia berada di level teratas.
Ikuti Whatsapp Channel Republika