REPUBLIKA.CO.ID, REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Save Our Soccer (SOS), Akmal Marhali terkejut atas penunujukkan Zainuddin Amali sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga pada susunan kabinet Indonesia Maju 2019-2024 yang diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Presiden, Jakarta, Rabu (23/10). Menurutnya, penunjukkan tersebut di luar ekspektasi publik.
Sebab, jika dilihat dari latar belakang yang dimiliki, Zainuddin Amali tidak pernah sekalipun berurusan dengan bidang kepemudaan dan olahraga. Zainudin merupakan Ketua DPP Partai Golkar periode 2014-2019. Ia juga merupakan anggota DPR RI selama empat periode dengan menempati berbagai komisi. Untuk periode 2014-2019 Amali berada di Komisi II yang mengurus Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, serta Pertanahan dan Reforma Agraria. Selain politikus, pria kelahiran Gorontalo, 16 September 1962 itu juga merupakan seorang pengusaha.
Sebelum terjun ke politik, ia memimpin sejumlah perusahaan yakni PT Putra Mas, PT Wirabuana Dwi Jaya Persada, PT Gitrana Sendiko, PT Surya Terang Agung, PT Makmur Triagung, dan PT Supra Dinakarya. Sebab itu, Akmal menilai pemilihan Zainuddin Amali sebagai Menpora merupakan hal yang aneh mengingat daftar riwayat hidup politikus Golkar itu tak pernah bersentuhan dengan organisasi pemuda maupun olahraga.
"Bagaimana mungkin sosok yang tidak banyak intens di kepemudaan dan kegiatan olahraga bisa memimpin kemenpora. Tapi, buat Pak Zainuddin ini akan jadi tantangan. Setidaknya harus membuktikan dia layak memimpin kementerian pemuda dan olahraga," kata Akmal dalam keterangan resmi yang diterima Republika.co.id, Rabu (23/10).
"Jangan sampai salah jalan di dalam hutan rimba. Bisa tersesat dan ini akan sangat berbahaya," ujar Akmal.
Terlebih, dibandingkan menteri lainnya, hanya Menpora yang mendapatkan pesan khusus dari Presiden Jokowi. Saat menyebut nama Zainudin Amali sebagai Menpora, Jokowi memberikan pesan. "Sepakbolanya, Pak!".
Menurut Akmal, ini menjadi pesan penting dan perlu mendapatkan perhatian serius. Selain itu, kata Akmal, Jokowi selalu menegaskan tak segan memecat para menterinya bila tak maksimal. Dia menilai Menpora mendapatkan tantangan terberat karena ada pesan singkat yang diberikan penekanan.
"Ada dua ujian buat Menpora baru di depan mata. Pertama, terkait sepakbola (PSSI). Kedua, tentunya mukti event SEA Games 2019 di Filipina pada 30 November - 11 Desember 2019. Menpora harus kerja cepat, kerja keras, kerja tuntas buat dua ujian tersebut," tegasnya.
Pengamat sepak bola nasional ini mengatakan, sepakbola memang harus mendapatkan perhatian serius di tengah banyak kasus yang terjadi. Mulai dari krisis kepemimpinan sampai banyaknya masalah yang muncul di kompetisi domestik yang berujung buruknya penampilan tim nasional. Hal serupa juga dialami di multi event SEA Games. Pada SEA Games 2017 di Kuala Lumpur Malaysia, kontingen Indonesia mendapatkan perolehan medali emas terendah sepanjang sejarah. Hanya 38 emas, 63 perak, dan 90 perunggu dengan bercokol di posisi kelima klasemen perolehan medali.
"Inilah dua tugas berat yang dihadapi Menpora baru," ucapnya.