REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Puluhan pesilat hingga sesepuh pencak silat turun ke Jalan Jenderal Sudirman, tepat di depan kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada Ahad (10/11) pagi. Bukan untuk kompetisi apalagi berkelahi, mereka hanya menampilkan pertunjukan interaktif (flash mob) di tengah kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor.
Para pesilat muda, pendekar, hingga sesepuh pencak silat menyosialisasi terkait pengusulan pencak silat ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO atau warisan dunia. Bertepatan juga dengan Hari Pahlawan, upaya mengingatkan kembali jasa dan perjuangan untuk kemerdekaan bangsa.
"Untuk dukungan ke UNESCO. Untuk memperjuangkan seni budaya pencak silat supaya diakui oleh dunia," ujar salah satu pelatih perguruan pencak silat Panglipur Jakarta, Jakaria Alansori (24) kepada Republika.
Pertunjukan interaktif ini dilaksanakan oleh Asosiasi Silat Tradisi Betawi Indonesia (Astrabi) dan diikuti oleh sejumlah perguruan pencak silat dari Jawa Barat, Jakarta, Banten, dan Sumatra Barat. Kegiatan didukung oleh Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud.
Pencak silat telah dikenal di belahan dunia sebagai jenis seni bela diri. Pencak silat sejatinya merupakan salah satu tradisi yang ada di Indonesia dan telah diwariskan dari generasi ke generasi yang memiliki empat aspek antara lain mental-spiritual, pertahanan diri, seni, dan olahraga.
Tak hanya gerakan, pencak silat juga mengandung nilai, makna, dan filosofi. Sehingga menjadikan pencak silat sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia yang patut dilestarikan dan diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Pencak Silat Golok (Ilustrasi)
Pencak silat umumnya diajarkan turun temurun secara non-formal di surau, paguron dan perguruan, hingga telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia dan ada di 52 Negara. Festival Pencak Silat bertaraf internasional kerap dilaksanakan oleh komunitas diantaranya Temu Pendekar, Silek Arts Festival, Golok Day, dan Pencak Malioboro Festival.
Jakaria mengaku bersama teman-temannya di komunitas pencak silat yang lain telah berjuang selama empat tahun agar pencak silat diakui sebagai warisan dunia milik Indonesia. Pencak silat terus diperkenalkan ke penjuru dunia tak hanya sebagai cabang olahraga, melainkan seni dan budaya yang berharga.
Berbagai negara telah didatangi para komunitas pencak silat di Indonesia. Hingga akhirnya sejumlah komunitas pencak silat mendaftarkan pencak silat sebagai warisan budaya dunia ke UNESCO melalui pemerintah dalam hal ini Kemendikbud.
Ketua Atrabi Anwar terus mendorong pemerintah membuka ruang lebih luas terhadap keberdayaan pencak silat. Sosialisasi pencak silat kepada masyarakat dibutuhkan di samping upaya mengejar pengukuhan pencak silat sebagai warisan dunia milik Indonesia oleh UNESCO.
Namun, upaya pencak silat diakui dunia tak akan berarti jika pemerintah sendiri tak menyosialisasikannya. Anwar mengatakan, sosialisasi harus dilakukan hingga pencak silat menjadi bagian kehidupan masyarakat Indonesia, sehingga pihak UNESCO benar-benar meyakini kalau pencak silat milik Indonesia.
"Kalau hari ini kita kejar pengukuhan UNESCO tapi enggak diikuti dengan memviralkan kegiatan silat, UNESCO enggak akan lihat. Apakah silat itu milik kita," kata Anwar.
Menurut dia, animo generasi muda terutama di Jakarta sangat besar terlihat hampirnsetiap pekan ada kegiatan pencak silat di sejumlah wilayah Ibu Kota. Animo anak-anak sampai orang tua mulai bangkit untuk mencintai tradisi pencak silat.
Sehingga, kata Anwar, jika ada kebijakan pemerintah daerah dengan tujuan pelestarian pencak silat maka masyarakat dengan sendirinya akan terdorong. Ditambah lagi dengan inovasi-inovasi yang dilakukan komunitas agar pencak silat menjadi keren agar diminati masyarakat.
"Kalau taekwondo bisa jadi industri olahraga di Korea kenapa silat enggak bisa di Indonesia. Dan itu sangat mungkin. Jadi gaya, penampilan, event diubah. Awal taun kemarin kita buat festival silat betawi kita buat dari sisi enterteainment dan budaya sehingga orang tertarik," tutur Anwar.
Pemerintah melalui Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud mengusulkan pencak silat kepada UNESCO sebagai warisan budaya milik Indonesia. Naskah Pencak Silat dengan judul “The Tradition of Pencak Silat” telah diterima oleh Sekretariat ICH UNESCO pada Maret 2017.
Pemerintah dan para pihak yang berkecimpung di dunia pencak silat tengah menunggu keputusan UNESCO. Usulan pencak silat akan dibahas pada sidang ke-14 Intergovernmental Committee UNESCO yang akan berlangsung pada tanggal 9-14 Desember di Bogota, Kolombia.
Dengan masuknya Pencak Silat ke dalam daftar ICH UNESCO maka akan menambah jumlah Warisan Budaya Indonesia menjadi 10. Sebelumnya ada Keris, Wayang, Batik, Pelatihan Membatik, Angklung, Tari Saman, Noken, tiga genre Tari Tradisional Bali, dan Pinisi ditetapkan oleh UNESCO.