Jumat 29 Nov 2019 17:01 WIB

Kemenpora: Hindari Polemik demi Konsentrasi Atlet

Kemenpora ingatkan keputusan soal SEA Games harus matang.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Muhammad Hafil
Sesmenpora Gatot S Dewa Broto saat menemui wartawan di Media Center Kemenpora, Jakarta, Jumat (22/11).
Foto: republika/Afrizal Rosikhul Ilmi
Sesmenpora Gatot S Dewa Broto saat menemui wartawan di Media Center Kemenpora, Jakarta, Jumat (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sesmenpora Gatot S Dewabroto meminta kepada seluruh cabang olahraga (cabor) yang bertanding dalam SEA Games 2019 untuk tidak memunculkan polemik. Ia khawatir hal itu malah mengganggu konsentrasi atlet yang tengah berkompetisi.

Tanggapan Gatot guna menyikapi kabar pemulangan atlet senam Sea Games 2019, Shalfa Avrila Siani yang diduga karena menyangkut status keperawanan. Gatot membantah kabar itu dan menyebut penggantian Avrila karena alasan profesional. Avrila dianggap tidak bisa tampil maksimal sehingga mesti digantikan atlet lain.

Baca Juga

"Kepada seluruh cabor kami ingatkan untuk tidak menimbulkan kehebohan sekecil apapun, karena itu akan berdampak luas pada konsentrasi kontingen Indonesia secara keseluruhan," katanya saat menjawab pertanyaan Republika, Jumat (29/11).

Gatot menyarankan agar tiap keputusan sepanjang SEA Games dibuat dengan pertimbangan matang. Termasuk mengadakan konsultasi dengan Kemenpora. Sehingga keputusan yang muncul tidak menuai polemik.

"Lebih baik berkonsultasi langsung pada pimpinan induk cabor ataupun KONI dan jika tidak dapat terselesaikan langsung ke Kemenpora, agar isu-isu sensitif seperti itu bisa segera dimitigasi secepatnya," ujar Gatot.

Gatot juga mengingatkan agar pelatih tidak mengganti atlet secara mendadak. Sebab menurutnya hal itu bisa memunculkan polemik yang tidak diperlukan.

"Kami imbau untuk seluruh cabor seandainya ada pencoretan atau promosi jangan di injury time," ucap Gatot.

Gatot bahkan tak segan menjatuhkan sanksi pada pelatih jika membuat kegaduhan di saat atau jelang kompetisi berlangsung. Namun ia belum menentukan sanksi yang dimaksudnya.

 "Sekarang sudah diatur perilaku pelatih pada atlet. Jika ada abuse dari pelatih mereka harus kena sanksi. Itu sudah terjadi dalam satu kasus, ada satu pelatih (Indonesia) yang kena sanksi," tegasnya.  

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement