REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Topan Kammuri menyapu sejumlah wilayah di Filipina pada Selasa (3/12). Bencana tersebut menyebabkan atap rumah berterbangan, merobohkan kabel listrik, dan meninggalkan setengah juta orang berkerumun di pusat-pusat evakuasi, menunggu badai berlalu.
Menurut ramalan cuaca, hujan lebat disertai angin kencang akan melanda Kota Manila hingga larut malam dan dapat menyebabkan banjir serta tanah longsor. Buntut dari bencana alam tersebut, seluruh pertandingan tenis SEA Games 2019 pada Selasa (3/12) terpaksa harus dibatalkan.
Dikutip dari Bernama.com, Panitia Penyelenggara SEA Games 2019 Filipina (Phisgoc) menyatakan bahwa laga-laga yang gagal terlaksana akan kembali digelar pada Rabu (4/12) dengan urutan yang sama. Kendati demikian, olahraga indoor seperti menembak, wushu, bulu tangkis, dan bowling bisa berjalan lancar meskipun penduduk setempat telah mengurangi kegiatan di luar ruangan sebagai tindakan pencegahan untuk menghadapi topan yang dikenal sebagai Tisoy.
Selain itu, dilaporkan bahwa lalu lintas di kota ini rendah, dibandingkan sejak sepekan yang lalu, ketika lalu-lintas selalu macet. Phisgoc juga mendirikan tenda di depan semua tempat kompetisi sejak larut malam untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan.
Phisgoc pun menunda beberapa olahraga, seperti voli pantai, kano atau kayak, muay thai, silat, pentathlon, dan selancar angin, yang dijadwalkan di sekitar Clark dan Subic ke tanggal yang baru.
Chief operating officer Phisgoc Ramon Suzara mengatakan, pejabat teknis sudah memiliki rencana darurat untuk mengatasi masalah terkait topan, termasuk mengubah tempat kompetisi, tetapi menekankan bahwa SEA Games tidak akan diperpanjang melampaui tanggal penutupan pada 11 Desember.
Menurut laporan, setidaknya satu orang tewas ketika ribuan orang Filipina dievakuasi dari Bandara Internasional Ninoy Aquino. Bandara diperintahkan tutup selama 12 jam dan hampir 500 penerbangan dibatalkan. Para pejabat menangguhkan lalu-lintas laut di daerah yang terkena dampak sebagai Kammuri, mengemas hembusan angin setinggi 150 mil per jam, menghantam kepulauan Filipina untuk hari kedua.
Di Albay, provinsi di Luzon tenggara, pulau Filipina terbesar dan terpadat, Gubernur Al Francis Bichara mengatakan, angin kencang menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada hujan. "Saat ini tidak ada listrik, kabel telah jatuh, tetapi sekarang tenang," kata Francis ketika berbicara kepada sebuah stasiun radio Manila, dikutip dari The New York Times, Selasa (3/12).
Di seluruh Manila, kantor-kantor pemerintah dan sekolah ditutup. Dan hujan deras diperkirakan akan datang dalam beberapa hari mendatang.