Senin 09 Dec 2019 10:53 WIB

Mampukah Indonesia Pertahankan Posisi Dua Besar SEA Games?

Indonesia saat ini berada di posisi dua klasemen sementara SEA Games 2019.

Atlet lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa mengibarkan bendera merah putih usai pertandingan lompat jauh putri Sea Games 2019 di Stadion Atletik New Clark, Filipina, Ahad (8/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Atlet lompat jauh Indonesia Maria Natalia Londa mengibarkan bendera merah putih usai pertandingan lompat jauh putri Sea Games 2019 di Stadion Atletik New Clark, Filipina, Ahad (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Meski sempat terseok-seok pada hari-hari awal perhelatan SEA Games 2019, kontingen Indonesia kini bertengger di posisi dua besar klasemen, sejak berhasil menggusur Vietnam pada Jumat (6/12), pekan lalu. Hingga Ahad (8/12), kontingen Indonesia telah mengumpulkan 66 emas, 63 perak dan 79 perunggu.

Raihan emas yang didulang oleh kontingen Indonesia sebenarnya telah melebihi target Presiden Joko Widodo (Jokowi). Namun, untuk memenuhi target dua besar, Indonesia masih harus mewaspadai Vietnam yang setia membuntuti di peringkat tiga.

Baca Juga

Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari berharap tidak ada euforia berlebihan dulu saat ini. Karena menurutnya, kontingen Indonesia harus tetap fokus hingga hari penutupan pada Rabu (11/12).

"Kita tidak boleh buru-buru euforia karena perjalanan masih panjang. Kita harus fokus lagi kejar supaya perolehan kembali signifikan untuk berada di posisi dua," kata Raja Sapta Oktohari saat dikonfirmasi di Manila, Ahad (8/12) malam.

"Masih ada waktu beberapa hari ke depan. Kita harus memaksimalkan semua peluang yang ada supaya tetap bertahan di posisi dua," kata pria yang akrab dipanggil Okto itu.

Perjuangan atlet putra dan putri Indonesia pada SEA Games 2019 bisa dibilang luar biasa dan melampaui ekspektasi lantaran 60 persen dari total jumlah atlet yang diberangkatkan ke Filipina adalah atlet junior. Betapa tidak, awalnya target medali yang dicanangkan komandan kontingen (CdM) Indonesia dan KOI adalah 54 medali emas.

Di tengah perjalanan, target direvisi oleh Menpora Zainudin Amari menjadi 45 medali emas. Salah satu alasannya adalah jumlah tersebut realistis dengan kondisi atlet yang dikirim. Namun, saat pelepasan kontingen di Istana Bogor, Presiden Jokowi justru meminta lebih, yaitu 60 emas.

Motivasi dari Presiden Jokowi ternyata cukup berpengaruh. Meski pada awal kejuaraan perolehan medali emas seret, pelan tapi pasti target semua pihak mulai terpenuhi. Dan target saat ini tinggal mempertahankan posisi dua.

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pun tidak menduga kontingen Indonesia mampu melampaui target 45 medali emas yang ditetapkan Menpora Zainudin Amali pada SEA Games 2019.

"Pencapaian yang di luar dugaan itu tentu saja membuat kami sangat senang. Padahal tadinya 45 medali emas itu target bersih. Kalau tanpa margin error, kan, 51 medali emas,” ujar Sekretaris Kemenpora Gatot S. Dewa Broto di World Trace Center, Manila, Filipina, Ahad (8/12).

Menurut Gatot, kontingen Indonesia sangat mungkin untuk mencapai target 60 medali emas SEA Games 2019 dari Presiden Jokowi. Ia pun yakin, minimal 60 medali emas  menjadi jumlah paling aman bagi kontingen Indonesia untuk menjadi runner-up SEA Games 2019.

“Saat ini belum aman. Saya pribadi sangat memerhatikan Thailand yang jumlah medalinya melonjak tinggi. Apalagi masih banyak pertandingan yang belum dipertandingkan,” tutur Gatot.

Ada beberapa cabang unggulan dalam tiga hari ke depan bisa menyumbang medali. Cabang itu antara lain seperti bulu tangkis, esports, cabang olahraga bela diri, hingga cabang olahraga permainan seperti bola voli maupun sepak bola.

Khusus cabang sepak bola, timnas Indonesia akan berlaga di babak final melawan Vietnam. Menurut Gatot, akan menjadi sempurna pencapaian Indonesia di SEA Games 2019 jika cabang sepak bola juga berhasil meraih emas.

"Tanpa mengurangi rasa hormat kepada cabor lain, terasa kurang indah kalau sepak bola tak dapat medali emas," kata Gatot.

Kedua tim pernah bertemu di penyisihan, beberapa hari lalu. Saat itu Vietnam menang 2-1.

Gatot menilai skuat Garuda Muda hanya butuh ketenangan. Sebab secara teknis, bisa mengalahkan tim mana pun di kompetisi ini.

"Saya pikir (saat penyisihan) kita terlalu emosional. Kalau tidak terpancing, kita menanglah," ujarnya.

Salah satu pemain timnas U-22 Indonesia Evan Dimas Darmono meminta rekan-rekannya untuk menyiapkan mental jelang laga final melawan Vietnam. Laga akan digelar di Stadion Rizal Memorial, Manila, Selasa (10/12).

"Ini mungkin pengalaman tahun 2017 saja, dan pengalaman itu dari segi mental, karena kami sudah masuk final," kata pemain jebolan Persebaya 1927 saat berada di Manila, Ahad.

Oleh karena itu, Evan meminta semua rekan-rekannya untuk melupakan pertandingan sebelum-sebelumnya, dan menatap kembali dengan optimistis laga melawan Vietnam di partai final SEA Games 2019.

"Lupakan pertandingan kemarin. Fokus ke depan dan banyak bersyukur," kata pemain yang pernah memperkuat Selangor FC, Malaysia tersebut.

Evan Dimas merupakan salah satu pemain yang diandalkan di SEA Games 2019, dan mampu menjadi kunci permainan timnas U-22 di ajang olahraga terbesar Asia Tenggara dua tahunan tersebut. Salah satu sumbangsih Evan adalah mampu menjebol gawang Myanmar sebanyak dua gol pada laga yang digelar di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Sabtu (7/12), dan mengantar timnas Indonesia ke final untuk menghadapi Vietnam.

Indonesia sebelumnya terakhir kali lolos ke final SEA Games pada 2013 ketika itu Garuda Muda dikalahkan Thailand 0-1. Adapun, medali emas terakhir sepak bola putra SEA Games dikalungkan kepada timnas Indonesia pada 1991.

photo
Pemain Timnas Indonesia Evan Dimas Darmono (kedua kiri) dipeluk rekan satu timnya usai membobol gawang Timnas Myanmar pada pertandingan semi final sepak bola Sea Games 2019 di Rizal Memorial Stadium, Manila, Filipina, Sabtu (7/12).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement