REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Permainan sisi sayap tim nasional U-22 Indonesia dinilai berbahaya oleh pelatih Vietnam Park Hang Seo.
“Indonesia membuat 17 gol di fase grup SEA Games ini, di mana 70-80 persen di antaranya bersumber dari pergerakan di sayap kanan dan kiri. Itu menjadi salah satu perhatian kami dalam persiapan untuk laga final,” ujar Park di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Senin (9/12).
Di sisi lebar lapangan, pelatih asal Korea Selatan itu menganggap Indonesia memiliki pemain-pemain yang cepat. Saddil Ramdani dan kawan-kawan dipandang lekas melakukan transisi dan mampu mengorganisasi diri dengan baik.
"Para pemain Indonesia mengetahui tugas dan posisi mereka masing-masing. Transisi mereka sangat cepat," kata Park.
Pertandingan final SEA Games 2019 yang mempertemukan timnas U-22 Indonesia versus Vietnam berlangsung di Stadion Rizal Memorial, Manila, Filipina, Selasa (10/12), mulai pukul 20.00 waktu setempat atau 19.00 WIB.
Vietnam sendiri mengalami situasi yang kurang menguntungkan menjelang final SEA Games 2019 setelah kapten mereka, Nguyen Quang Hai, cedera. Meski demikian, Park menegaskan, hal tersebut bukanlah sesuatu yang membuatnya khawatir.
“Kami bermain sebagai tim dan kami berlaga untuk meraih satu tujuan, yaitu juara,” kata dia.
Di level SEA Games, pertemuan kedua negara di final sepak bola putra menjadi yang pertama sepanjang sejarah. Laga tersebut juga menjadi ajang penuntas paceklik emas sepak bola putra SEA Games bagi Indonesia dan Vietnam. Jika Indonesia terakhir kali merebut emas pada SEA Games 1991, Vietnam jauh lebih lama.
Medali emas sepak bola putra SEA Games Vietnam sebelumnya datang pada 1959, atau edisi pertama SEA Games yang kala itu bernama Southeast Asian Peninsular Games (SEAP Games). Vietnam sendiri ketika itu masih disebut Vietnam Selatan.