REPUBLIKA.CO.ID,
Frederikus Bata, dari Manila, Filipina
MANILA -- Kontingen Indonesia menambah empat medali emas pada hari kesembilan SEA Games 2019, Senin (9/12). Cabang olahraga (cabor) bulu tangkis dan atletik masing-masing menyumbangkan dua emas.
Namun, tambahan empat medali emas tak cukup untuk membuat Indonesia bertahan di posisi dua besar klasemen sementara SEA Games. Indonesia yang kini mengoleksi 70 emas, terlempar ke posisi keempat karena disalip oleh Thailand yang merangsek ke peringkat kedua dengan perolehan 83 emas dan Vietnam di posisi ketiga dengan raihan 79 emas, hingga Senin (9/12) pukul 20.00 waktu setempat. Sementara, perhelatan SEA Games tinggal menyisakan dua hari lagi.
Pada perebutan medali, kemarin, emas pertama Indonesia datang dari cabang atletik. Atlet jalan cepat Indonesia, Hendro, menjuarai nomor 20 km putra dalam perlombaan di Clark, Filipina. Hendro finis terdepan dengan catatan waktu 1 jam 31 menit 20 detik.
Selanjutnya, dua medali emas disumbangkan bulu tangkis. Setelah membungkus emas dari nomor beregu putra, kali ini aksi ganda campuran dan ganda putri di nomor perseorangan yang membuat Indonesia bangga. Dengan demikian, cabang yang memang diandalkan mampu menggondol banyak medali ini sukses membawa pulang tiga emas.
Medali emas bulu tangkis dipersembahkan oleh Praveen Jordan/Melati Dea Oktavianti (ganda campuran) dan Greysia Polii/Apriyani Rahayu (ganda putri). Dalam final yang berlangsung di Kompleks Olahraga Martinlupa, Manila, Senin siang, Praveen/Jordan menumbangkan ganda campuran Malaysia, Goh Soon Huat/Lai Shevon Jenie, melalui rubber set, 21-19, 19-21, 23-21. "Pertandingan hari ini cukup sengit dan bikin jantungan," kata Praveen saat ditemui selepas pertandingan.
Ia merasa faktor angin cukup menyulitkan mereka. Menurut Praveen, tim lawan juga demikian. Ia menegaskan, apa yang diperlihatkan hari ini bukan penampilan terbaik kedua tim. "Itu kembali lagi, faktor angin juga," ujar pebulu tangkis 26 tahun ini.
Secara personal, ini medali emas kedua Praveen di sektor ganda campuran. Sebelumnya, ia menjadi jawara di SEA Games 2015. Saat itu, ia berpasangan dengan Debby Susanto yang kini telah pensiun.
Sementara, bagi Melati, ini emas pertamanya. Ia tak mampu menyembunyikan kegembiraannya. "Saya merasa spesial. Kalau Praveen, sudah pernah jadi biasa saja," kata dara kelahiran Serang, Jawa Barat, itu disambut gelak tawa awak media.
Selanjutnya, mereka akan tampil di Badminton World Tour Finals 2019. Menurut keduanya, ajang SEA Games di Filipina bisa dijadikan proses latihan bagi keduanya. Mereka merasa persaingan di Asia Tenggara cukup merata.
Greysia Polii pun luar biasa gembira atas pencapaian ini. Itu karena untuk pertama kali ia meraih medali emas pada ajang SEA Games. Bersama Apriyani Rahayu, mereka menjadi yang terbaik di sektor ganda putri.
Dalam final di Kompleks Olahraga Martinlupa, Manila, Filipina, Senin siang, pasangan peringkat kedelapan dunia itu menumbangkan wakil Thailand, Chayanit Chaladchalam/Phataimas Muenwong, 21-3, 21-18. "Bersyukur sekali. Setelah 14 tahun, akhirnya dapat emas (SEA Games). Biasanya raih perak," kata Greysia saat ditemui selepas bertanding.
Ganda campuran Indonesia Praveen Jordan dan Melati Daeva Oktavianti (bawah) memukul kok ke arah ganda campuran Malaysia Goh Soon Huat dan Shevon Jemie Lai dalam final bulutangkis ganda campuran SEA Games 2019 di Kompleks Olahraga Muntinlupa, Manila, Filipina, Senin (9/12/2019).
Pebulu tangkis 32 tahun itu telah mengikuti empat ajang SEA Games. Pada 2005, ia meraih perak. Saat itu, pesta multicabang olahraga antarnegara Asia Tenggara ini juga berlangsung di Filipina. Ia berpasangan dengan Jo Novita.
Pada 2007, Greysia yang masih berpartner dengan Jo Novita ditaklukkan rekan senegara. Saat itu, SEA Games berlangsung di Thailand. Duet Lilyana Natsir/Vita Marissa yang meraih emas.
Pada 2013 di Myanmar, lagi-lagi ia meraih perak. Saat itu, wanita kelahiran Jakarta ini berpasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Barulah pada SEA Games 2019 di Filipina, sebuah penantian panjang terbayar lunas.
"Rasanya tentu bangga dan senang. Ini proses untuk kami berdua. Walaupun hanya SEA Games, ini bisa menjadi batu loncatan agar kami bisa mempertahankan performa yang baik," ujar Greysia.
Sebenarnya, Indonesia punya kesempatan menambah emas dari nomor tunggal putri. Sayang, kejutan dari Ruselli Hartawan yang mampu menembus partai final terhenti di tangan atlet Malaysia, Kisona Selvaduray. Ruselli kalah melalui rubber set, 22-20, 14-21, 13-21. Pertandingan ini juga berlangsung di Kompleks Olahraga Martinlupa, Manila, Filipina, Senin.
Menjelang petang, Indonesia menambah satu perolehan medali emas di cabang atletik. Atlet lari Emilia Nova tampil tercepat di final nomor lari gawang 100 m putri yang berlangsung di Stadion Atletik New Clark City, Filipina, Senin. Emilia menyelesaikan lomba dalam waktu 13,61 detik untuk menyingkirkan Yen Hoa Tri Tran asal Vietnam ke peringkat kedua dengan selisih 0,06 detik.
"Emas ini harapan aku di tahun ini karena prosesnya berat banget. Senang banget, apalagi aku lihat di Instagram itu teman-temanku dan orang-orang yang enggak aku kenal sangat memberikan dukungan, jadi aku ingin buktikan saja yang terbaik bagi Indonesia," kata Emilia seusai lomba.
Medali perunggu nomor tersebut direbut Nur Izlyn Binte Zaini dengan catatan waktu 13,92 detik. Sementara itu, Rio Maholtra gagal finis podium di nomor 110 m lari gawang putra setelah mencatatkan waktu 14,06 detik di peringkat empat.
Medali lari gawang putra direbut atlet tuan rumah Clinton Kingsley Bautista (13,97 detik), sedangkan perak diraih Rayzam Shah Wan Sofian (13,97) dari Malaysia dan perunggu diraih Anousone Xaysa dari Laos (13,99). Atletik dan bulu tangkis merupakan cabang andalan Indonesia. Atletik sampai saat ini sudah menyumbangkan lima medali emas bagi Indonesia. n gilang akbar prambadi/antara ed: satria kartika yudha