Selasa 10 Dec 2019 09:30 WIB

Pemain Basket Asing Disanksi karena Lagu Kebangsaan Cina

Pemain basket asing hanya menundukkan kepala saat lagu kebangsaan China dikumandangka

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Guerschon Yabusele (kanan) saat masih bermain di Boston Celtics. Yabusele didenda oleh China Basketball Association (CBA).
Foto: Epa Images
Guerschon Yabusele (kanan) saat masih bermain di Boston Celtics. Yabusele didenda oleh China Basketball Association (CBA).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Asosiasi bola basket profesional China (China Basketball Association/ CBA) mengenakan denda pada salah satu pemain asingnya pada Senin (9/12). Penyebabnya, ia tidak fokus saat menyanyikan lagu kebangsaan yang merupakan bagian dari rundown pra-permainan pada Jumat (6/12).

Dilansir di AP News, Senin (9/12), pemain yang dikenakan sanksi itu adalah Guerschon Yabusele. Ia merupakan pemain depan klub berbasis Nanjing, Monkey Kings. Penduduk asli Prancis tersebut diberikan peringatan dan didenda 10 ribu yuan atau 1.421 dolar AS oleh CBA karena pelanggarannya.

Baca Juga

Sebuah cuplikan video yang tersebar secara online menunjukkan, Yabusele hanya menundukkan kepala sepanjang lagu kebangsaan China berkumandang sebelum pertandingan. Sedangkan, rekan setimnya dari China maupun negara lain fokus memandang bendera China. Saat itu, timnya akan melawan tim dari Zheijang.

Yabusele menandatangani kontrak dengan Monkey Kings di Nanjing pada Agustus. Sebelumnya, ia bergabung dengan Boston Celtics dan Maine Red Claws dari NBA Development League.

Insiden ini menggambarkan sensitivitas yang ekstrim dari Cina atas penghormatan terhadap citra nasional.  Undang-undang telah diberlakukan dalam beberapa tahun terakhir untuk mengatur penghormatan. Misal, bagaimana bendera dikibarkan, sikap saat lagu nasional berkumandang hingga prosedur menyanyikannya. Para lelanggar dikenakan denda dan bahkan penahanan.

Di sisi lain, dalam pertandingan sepak bola di Hong Kong, pencemoohan lagu kebangsaan Cina terus berlanjut meskipun sudah ada ancaman hukuman. Kondisi ini menggarisbawahi rasa permusuhan mendalam yang dirasakan banyak orang di kota semi-otonom Cina itu terhadap pemerintah pusat di Beijing.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement