REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Serie A Liga Italia meluncurkan kampanye terbarunya untuk memerangi rasisme dengan poster bergambar wajah monyet. Adalah seniman Simone Fugazzotto yang membuat poster antirasisme tersebut.
Fugazzotto menggambar tiga wajah monyet dengan tambahan corak bola di tengahnya. Karya seni tersebut lantas menuai kritik karena dinilai tidak sensitif. Seperti diketahui, pemain berkulit hitam kerap mendapat ejekan chants menyerupai suara monyet dalam pertandingan. Namun Serie A mengatakan "True Art is Provocation" untuk menjawab kritik tersebut.
"Gagasan di balik karya Fugazzotto adalah bahwa siapa pun yang menyanyikan chants rasis maka dia bergerak mundur ke status primitifnya sebagai monyet," kata liga dalam pernyataannya, diikutip dari Fox Sports, Selasa (17/12).
"Serie A memutuskan akan menunjuk seniman berbeda setiap tahunnya untuk menafsirkan kehancuran yang disebabkan oleh rasisme. Simone Fugazzotto adalah saksi langsung dalam peristiwa yang menimpa (bek Napoli, Kalidou) Koulibaly di San Siro, dan membuat gambar provokatif bahwa monyet-monyet itu sebenarnya adalah para fan yang rasis," tambah pernyataan itu.
Rasisme telah menjadi masalah sepanjang musim dengan nyanyian ofensif yang ditujukan pada Romelu Lukaku, Franck Kessie, Dalbert Henrique, Miralem Pjanic, Ronaldo Vieira, Koulibaly, dan Mario Balotelli. Semua pemain yang ditargetkan, kecuali Pjanic, yang berkebangsaan Bosnia, berkulit hitam, dan banyak insiden tersebut tidak diberi sanksi. Fugazzotto mengatakan maksud dari gambar tiga wajah monyet tersebut adalah untuk mengatakan bahwa kita semua berasal dari ras yang sama.
"Saya langsung berpikir untuk melukis monyet Barat, monyet Asia, dan monyet Afrika karena saya ingin mengubah persepsi orang dengan pekerjaan saya," kata Fugazzotto. "Lukisan saya sepenuhnya mencerminkan nilai-nilai permainan yang adil dan toleransi. Saya menggunakan monyet sebagai metafora bagi manusia karena warna kulit kita tidak penting.”
CEO Serie A Luigi De Siervo mengatakan, komitmen liga melawan prasangka benar-benar kuat. Luigi menyadari bahwa rasisme adalah masalah endemik dan sangat kompleks.
Sebab itu, kata de Siervo, perlu diatasi pada tiga tingkatan yang berbeda. "Dari budaya, melalui karya-karya seperti Simone Fugazzotto, di olahraga dengan serangkaian inisiatif bersama dengan klub dan pemain, dan yang represif kolaborasi dengan polisi."
De Siervo mengatakan, para pejabat liga sedang mengembangkan teknologi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi fan yang bertanggung jawab atas nyanyian rasis. "Kami sedang mengerjakan perangkat lunak pengenal wajah untuk digunakan di dalam stadion," jelasnya.