REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemain Arsenal, Mesut Oezil, kembali menjadi perbincangan utama di beberapa media atas tindakannya di luar lapangan. Kurang dari dua tahun setelah fotonya bersama Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan memicu perbincangan yang sinis hingga akhirnya menyebabkan sang gelandang keluar dari tim nasional Jerman, kini pemain berusia 31 tahun itu mendapati dirinya di badai politik lain.
Hal itu berawal dari unggahannya di media sosial tentang dukungannya terhadap Muslim Uighur pada Jumat (13/12). Dalam unggahannya, Oezil juga mengkritik negara-negara Muslim yang tidak bersuara untuk menentang perlakuan Pemerintah China terhadap kelompok minoritas Muslim di bagian barat negara itu.
China dikecam secara luas karena menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia (HAM), China menahan satu juta orang di kamp-kamp dengan keamanan tinggi di Xinjiang, China Utara, dengan sebuah kebijakan yang bertujuan menghomogenisasi kelompok itu untuk mencerminkan budaya Han di negara itu.
"Alqran sedang dibakar. Masjid-masjid ditutup. Sekolah-sekolah Muslim dilarang. Para cendekiawan agama dibunuh. Saudara-saudara secara paksa dikirim ke kamp-kamp," kata pemain Arsenal itu dalam bahasa Turki di Twitter dan Instagram, dikutip dari DW.com, Selasa (17/12). "Orang-orang Muslim diam. Suara mereka tidak terdengar."
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China lantas menuduh mantan pemain internasional Jerman itu pun dibohongi oleh berita palsu. Protes keras juga dilancarkan oleh para penggemar asal China yang marah dengan membakar seragam Oezil di depan umum. Bahkan, akun Oezil di Weibo (platform media sosial China) diikuti oleh sekitar empat juta orang dan kabarnya menampilkan banyak dari mereka yang memanggilnya dengan nama yang merendahkan.
Situs web berita olahraga paling terkenal di negara itu, Hupu, telah menangguhkan semua liputan terkait Oezil. Sementara platform komunikasi yang berpengaruh di China, Baidu Tieba telah menutup forum yang didedikasikan untuk Oezil. Selain itu, siaran langsung Liga Primer Inggris antara Arsenal melawan Manchester City pada Ahad (17/12) pun dibatalkan.
"Mengenai pesan-pesan media sosial dari Mesut Oezil, Arsenal Football Club harus menjelaskan bahwa ini adalah pandangan pribadi Mesut," kata klub London itu kepada DW. "Arsenal selalu apolitis sebagai sebuah organisasi."