REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mendukung pemain Arsenal Mesut Oezil dalam mengkritik dan menentang tindakan China terhadap Muslim Uighur di Xinjiang. Dukungan diberikan setelah China meniadakan siaran pertandingan Arsenal melawan Manchester City di stasiun televisinya sebagai respons atas komentar Oezil.
"Gerai propaganda Partai Komunis China (PKC) dapat menyensor permainan Arsenal dan Mesut Oezil sepanjang musim, tapi kebenaran akan menang. PKC tidak bisa menyembunyikan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) beratnya yang dilakukan terhadap Uighur dan agama lainnya dari dunia," kata Pompeo melalui akun Twitter pribadinya pada Selasa (17/12).
Pekan lalu, Oezil mengunggah sebuah tulisan mengenai Uighur di akun Twitter-nya. Dalam tulisan tersebut dia mengatakan bahwa orang Uighur adalah pejuang yang menentang penganiayaan dan penindasan.
Oezil pun mengkritik tindakan keras China terhadap komunitas Uighur di Xinjiang, termasuk dengan menutup masjid dan melarang madrasah. "Saudara-saudaraku dipaksa masuk ke dalam kamp. Pria China dimasukkan ke dalam keluarga (Uighur). Saudari-saudariku dipaksa menikah dengan pria China," kata Oezil dalam tulisannya.
Unggahan Oezil soal Uighur tak pelak memicu kemarahan Pemerintah China. Setelah unggahan tersebut viral, lembaga penyiaran pemerintah China, CCTV, memutuskan meniadakan siaran pertandingan Arsenal melawan Manchester City. Kemudian pada Senin (16/12) lalu, Kementerian Luar Negeri China mengatakan bahwa Oezil telah sepenuhnya ditipu oleh berita dan pernyataan palsu mengenai Uighur.
Doa Mesut Oezil untuk Muslim Uighur.
Sementara itu Arsenal enggan mengomentari unggahan Oezil soal Uighur. "Konten yang dia ungkapkan sepenuhnya adalah pendapat pribadi Oezil," kata Arsenal melalui akun resminya di platform Weibo yang mirip Twitter di Cina.
Xinjiang adalah wilayah yang saat ini sedang menjadi sorotan. Pemerintah China dituding membangun kamp-kamp interniran dan menahan lebih dari satu juta Muslim Uighur. Pada November lalu, International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) telah mengungkap dokumen rahasia mengenai kebijakan China di Provinsi Xinjiang.
ICIJ mengatakan bahwa mereka memperoleh pedoman 2017 yang secara efektif berfungsi sebagai manual untuk mengoperasikan kamp-kamp yang berada di Xinjiang. Dalam dokumen tersebut terdapat instruksi tentang cara mencegah penghuni kamp kabur, menjaga kerahasiaan kamp, mengindoktrinasi tahanan, dan kapan membiarkan tahanan melihat kerabat atau bahkan menggunakan toilet.
Dokumen-dokumen lain yang diperoleh ICJ termasuk briefing intelijen. Dokumen tersebut menunjukkan bagaimana polisi telah dibimbing sistem pengumpulan dan analisis data berteknologi kecerdasan buatan untuk memilih kategori penduduk Xinjiang yang harus ditahan.
China telah berulang kali membantah adanya penganiayaan terhadap warga Uighur. China mengklaim kamp-kamp yang ada di Xinjiang merupakan fasilitas pendidikan vokasi.
China pun selalu menyatakan bahwa kebijakan ketat di Xinjiang telah membuahkan hasil positif, satu di antaranya adalah tak adanya serangan teror selama tiga tahun terakhir.