REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Pelecehan rasialisme menjadi musuh bersama di sepak bola. Secara khusus di kompetisi Serie A Italia.
Belakangan tindakan tak terpuji tersebut, marak terjadi di Negeri Spageti. Oleh karenanya, semua pihak ingin membasmi penyakit itu. Tak terkecuali pihak penyelenggara.
Bekerja sama dengan seniman Simone Fugozzatto, pihak Serie A mengkampanyekan perang terhadap rasialisme. Caranya dengan membuat poster tiga gambar monyet. Bukannya mendapat apresiasi, hasil karya Fugozzatto justru menuai kritik tajam.
Salah satunya dari AS Roma. Kubu I Lupi mengaku terkejut melihat cara Serie A tersebut. "Kami memahami liga ingin mengatasi rasisme, tetapi kami tidak yakin, mereka telah melakukan cara yang tepat," demikian pernyataan Roma dikutip dari Football Italia, Rabu (18/12).
AC Milan juga demikian. Kubu Rossoneri tidak menduga cara Serie A berkampanye seperti itu. Klub tersebut berpendapat pihak penyelenggara tidak menjalin komunikasi secara intens dengan semua stakeholder.
"Kami tidak setuju dengan penggunaan monyet sebagai gambar dalam perang melawan rasisme. Kami terkejut kurangnya konsultasi akan hal ini," tambah laporan dari Football Italia.
Organisasi antidiskrminasi, Kic it Out, turut bersuara. Mereka meminta Serie menggunakan pendekatan yang lebih bermanfaat. Menurut Kick it out, cara yang dilakukan badan tersebut, justru melemahkan nilai positf dan kontra produktif.
Agen Romelu Lukaku (Inter Milan), dari Roc Nation, Michael Yomark turut merespon. Ia mengkritisi strategi Serie A tersebut. Yomark menilai Serie A tidak memahami cara mengatasi persoalan sensitif itu. "Mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan rasisme dalam sepak bola," ujarnya.
Sebelumnya, Serie A mengumumkan serangkaian inisiatif antirasisme. Dari situlah muncul sebuah karya kontroversial ini. Fugazzotto melukis tiga monyet dengan beragam warna.
Menurut sang seniman, lukisan itu menunjukkan manusia adalah makhluk kompleks dan menarik. Semua bisa sedih dan bahagia. Ada beragam agama di dunia.
"Pada akhirnya yang menentukan siapa kita, bukanlah warna kulit kita. Saya melukis monyet sebagai metafora bagi manusia. Kami mengubah konsep kembali pada ras. Pada dasarnya semua kita berasal dari monyet. Jadi saya melukis monyet Barat, monyet Asia, dan monyet hitam," jelas Fugazzotto.
Manajer umum Serie A, Luigi De Siervo mengatakan, lukisan Fugazzotto mencerminkan sebuah nilai keadilan dan toleransi. Ia memastikan lukisan tersebut tetap berada di kantor pusat kantornya.
Serie A, menurut Luigi, memiliki sikap yang kuat dari segala bentuk prasangka. Mereka menyadari rasisme masalah endemik dan sangat kompleks. Cara menghadapinya melalui tiga aspek, antara lain perlawanan melalui budaya alias karya seni.
Kemudian olahraga, lewat serangkaian inisiatif pemain dan klub. Juga tindakan represif bekerja sama dengan kepolisian. "Dengan bertindak pada tiga level ini, kami yakin bisa memenangkan pertandingan melawan wabah yang merusak olahraga paling indah di dunia ini," ujar Luigi.
Meski demikian, karya Fugozzotto sudah menjadi kontroversi. Pasalnya selama ini monyet diidentikkan dengan sebuah hinaan pada para pemain berkulit hitam. Itu terjadi di seluruh dunia.
Tak jarang oknum pelaku tindakan rasisme menirukan suara binatang tersebut untuk melancarkan hinaan. Sejumlah nama elite pernah menjadi korban. Secara khusus di Italia ada Lukaku, Blaise Matuidi (Juventus), Franck Kessie (AC Milan), Mario Balotelli (Brescia), dan lain-lain.
Mereka pernah menjadi korban pelecehan di lapangan. Saat mereka menyentuh bola, ada penonton menirukan suara monyet, beraksi dari tribun. Itulah mengapa, banyak pihak tidak menyetujui cara kampanye yang dilakukan Serie A.