Kamis 19 Dec 2019 04:11 WIB

Mesut Oezil, Muslim Uighur, dan Sikap Cina

Jersey Oezil dibakar di Cina, termasuk berita seputar pemain Arsenal itu dihapus.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi / Red: Citra Listya Rini
Mesut Oezil
Foto: EPA-EFE
Mesut Oezil

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON  --  Mesut Oezil menjadi buah bibir beberapa hari terakhir ini, khususnya di Cina. Hal ini menyusul dukungan pemain Arsenal tersebut terhadap minoritas Muslim Uighur yang ada di Negeri Tirai Bambu.

Beragam respons mengalir setelah Oezil menyuarakan dukungannya untuk Muslim Uighur. Respek dan serangan balik tertuju ke arah pemain berpaspor Jerman berdarah Turki itu. 

Cina bereaksi keras melihat sikap Oezil. Setelah memboikot siaran langsung Liga Primer Inggris antara Arsenal melawan Manchester City pada Ahad (17/12) malam WIB lalu, protes keras dilancarkan para penggemar asal Cina dengan membakar jersey Oezil di depan umum. 

Bahkan, akun Oezil di Weibo, sebuah platform media sosial Cina, yang diikuti sekitar empat juta orang tersebut kini menjadi wadah merendahkannya. Ditambah lagi, situs web berita olahraga paling terkenal di Negari Tirai Bambu, Hupu, juga menghapus semua berita atau pencarian seputar Oezil.

Selain itu, platform komunikasi yang berpengaruh di Cina, Baidu Tieba telah menutup forum yang didedikasikan untuk Oezil. Semua bermula dari unggahan sang gelandang di media sosial tentang dukungannya terhadap minoritas Muslim di Uighur, Cina. 

Dalam unggahannya itu, Oezil juga mengkritik negara-negara Muslim yang tidak bersuara menentang perlakuan pemerintah Cina terhadap kelompok minoritas Muslim di bagian barat negara itu.

photo
Doa Mesut Oezil untuk Muslim Uighur.

"(Di Cina) Alquran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan agama dibunuh satu per satu. Meski demikian, umat Islam tetap diam," kata Oezil dalam sebuah unggahan di akun Twitter dan Instagramnya.

Cina dikecam secara luas karena menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia, mereka menahan satu juta orang di kamp-kamp dengan keamanan tinggi di Xinjiang, Cina utara dengan sebuah kebijakan yang bertujuan menghomogenisasi kelompok itu untuk mencerminkan budaya Han di negara itu. 

Pemerintah Cina membantahnya dan menyebut gelandang Arsenal itu telah dibutakan oleh berita serta kata-kata palsu terkait konflik etnik Uighur. Pemerintah Cina mengaku bersedia mengundang sang pemain untuk mengunjungi Xinjiang agar dapat membedakan yang benar dan salah.

Namun, Wakil Direktur Penelitian di Lembaga Hak Asasi Manusia Cina, Frances Eve menilai apa yang dilakukan Oezil sudah benar. Bahkan, kata Eve, Oezil berhak mendapat tepuk tangan atas keberaniannya untuk berbicara tentang Uighur. Hal itu dinilai akan membangun kepedulian terhadap salah satu pelanggaran hak asasi manusia (HAM) terburuk pada era modern ini. 

Dia mengungkapkan, pemerintah Cina melakukan pembersihan etnis di Xinjiang dan dunia seharusnya tidak tinggal diam. Para ahli di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menggambarkan wilayah itu sebagai "zona tanpa hak" di mana orang Uighur diperlakukan sebagai musuh negara karena identitas agamanya.

Terlebih, baru-baru ini dokumen rahasia pemerintah Cina bocor dan menambah bukti tentang sistem kamp konsentrasi yang menampung lebih dari satu juta muslim Uighur dan Turki itu. Eve mengatakan, ini adalah penahanan terbesar dari etnis minoritas agama sejak perang dunia kedua. 

Kini, unggahan Oezil tentang Uighur telah memicu kemarahan dari media yang dikendalikan oleh pemerintah Cina dan platform media sosial di negara tersebut. Asosiasi Sepak Bola Cina mengeluarkan pernyataan Oezil itu telah melukai perasaan orang-orang Cina. Namun, tidak disebut mengapa perasaan mereka terluka. 

Menurut Eve, tidak ada yang palsu tentang pelanggaran hak asasi manusia yang mengerikan oleh pemerintah Cina terhadap warga Uighur dalam upaya menghapus identitas budaya dan agama mereka. 

"Perempuan Muslim secara paksa disterilkan di kamp-kamp pengasingan dan anak-anak Uighur dipisahkan dari orang tua mereka dan dikirim ke panti asuhan yang dikelola pemerintah. Pemerintah Cina telah menghancurkan masjid, makam, situs bersejarah, dan lingkungan. Bahkan bahasa Uighur telah dilarang di sekolah," kata Eve, seperti dilansir dari the Guardian, Rabu (18/12).

photo
Para pemrotes Turki dan Uighur memegang foto-foto pemain sepak bola Turki Arsenal Mesut Oezil karena pesan dukungannya kepada Turkestan Timur selama protes melawan Cina di Istanbul, Turki, 14 Desember 2019.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengecam reaksi Cina yang berlebihan atas dukungan yang diberikan Oezil kepada orang-orang Uighur. Menurut Pompeo, Beijing tidak bisa menyembunyikan kenyataan.

"Gerai propaganda Partai Komunis Cina (PKC) dapat menyensor Oezil dan pertandingan Arsenal sepanjang musim, tetapi kebenaran akan menang," tulis Pompeo di Twitter, seperti dikutip dari Hongkong FP.

Sementara itu, pemerintah Inggris menyayangkan perlakuan Cina terhadap Arsenal dan Oezil. Seorang juru bicara pemerintah menegaskan pihaknya secara konsisten membela kebebasan berbicara dan berekspresi. 

"Secara konsisten (kami) membela kebebasan berbicara dan berekspresi dan kami mendesak negara-negara lain untuk melakukan hal yang sama. Kami memiliki keprihatinan serius tentang situasi hak asasi manusia di Xinjiang dan telah mengangkat ini secara teratur dengan pemerintah Cina dan di PBB," kata seorang juru bicara pemerintah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement