Senin 23 Dec 2019 18:12 WIB

Rudiger: Memalukan Rasialisme Masih Ada di Sepak Bola

Antonio Rudiger, bek internasional Jerman jadi korban rasialisme

 Wasit Anthony Taylor berbicara dengan pemain Chelsea Antonio Rudiger (kaos biru/kanan) dalam laga Liga Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur kontra Chelsea, Ahad (22/12).
Foto: EPA/FACUNDO ARRIZABALAGA
Wasit Anthony Taylor berbicara dengan pemain Chelsea Antonio Rudiger (kaos biru/kanan) dalam laga Liga Liga Primer Inggris, Tottenham Hotspur kontra Chelsea, Ahad (22/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Antonio Rudiger, bek internasional Jerman jadi korban rasisme saat Derby London Chelsea vs Tottenham. Rudiger ingin pelakunya ditangkap dan dihukum.

Pemain berusia 26 tahun itu menjadi target sejumlah fans Tottenham setelah ia terlibat dalam bentrokan dengan Son Heung-min yang memicu kartu merah bagi bintang asal Korea Selatan tersebut.

Son menendang Rudiger setelah mereka bertubrukan dan bek tengah Jerman itu jatuh ke rumput memegangi perutnya.

"Sungguh memalukan bahwa rasisme masih ada pada 2019. Kapan omong kosong ini akan berhenti?," cuit Rudiger.

If not, then there must have been witnesses in the stadium who saw and heard the incident. It's just such a shame that racism still exists in 2019. When will this nonsense stop? (4/4)

— Antonio Rüdiger (@ToniRuediger) December 22, 2019

"Saya sangat berharap para pelanggar akan ditemukan dan dihukum segera, dan di lapangan sepak bola yang modern seperti Stadion Tottenham Hotspur dengan lusinan TV dan kamera keamanan, seharusnya dimungkinkan menemukan dan kemudian menghukum mereka.

I really hope that the offenders will be found and punished soon, and in such a modern football ground like the Tottenham Hotspur Stadium with dozens of TV and security cameras, it must be possible to find and subsequently punish them. (3/4)

— Antonio Rüdiger (@ToniRuediger) December 22, 2019

"Jika tidak, maka pasti ada saksi di stadion yang melihat dan mendengar insiden tersebut," katanya seperti dikutip AFP, Senin.

Dalam pesan terdiri atas empat bagian melalui Twitter, Rudiger, yang bergabung dengan Chelsea dari Roma di Italia pada 2017, menekankan bahwa masalah tersebut disembunyikan.

Akan tetapi, ia bersikeras rasisme yang ia alami dalam kemenangan timnya 2-0 atas rival mereka yang berasal dari London, hasil dari aksi minoritas.

"Saya tidak ingin melibatkan Tottenham sebagai klub secara keseluruhan ke dalam situasi ini karena saya tahu bahwa hanya beberapa orang idiot yang menjadi pelaku.

"I don't want to involve Tottenham as an entire club into this situation as I know that just a couple of idiots were the offenders. I got a lot of supportive messages on social media from Spurs fans as well in the last hours - thank you a lot for this. (2/4)

— Antonio Rüdiger (@ToniRuediger) December 22, 2019

Namun, ia menambahkan: "Sungguh menyedihkan melihat rasisme lagi dalam pertandingan sepak bola, tapi saya kira sangat penting untuk membicarakannya secara publik.

"Jika tidak, akan kembali dilupakan dalam beberapa hari (seperti biasa).

"It is really sad to see racism again at a football match, but I think it's very important to talk about it in public. If not, it will be forgotten again in a couple of days (as always). (1/4)

— Antonio Rüdiger (@ToniRuediger) December 22, 2019

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement