Kamis 06 Feb 2020 07:04 WIB

Neymar dan Rainbow Flick-nya

Aksi rainbow flick dinilai wasit mempermalukan pemain lawan.

Rep: Anggoro Pramudya / Red: Citra Listya Rini
Neymar
Foto: EPA-EFE/Ian Langsdon
Neymar

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS  -- "Setiap orang mempunyai pandangan tersendiri terhadap sepak bola dan Neymar juga demikian. Dia melakukan banyak hal yang tidak banyak pesepak bola lain lakukan," ujaran Zinedine Zidane tersebut merupakan salah satu dari sikap atau pandangan yang menanggapi persoalan Neymar dengan rainbow flick-nya.

Sepak bola selalu punya kesan tersendiri bagi setiap penikmat olahraga lapangan hijau. Selain, masalah tim kebanggaan yang berada di posisi teratas, fanatisme, dalam perspektif berbeda, si kulit bundar juga mampu menyuguhkan berbagai macam trik pun skill terbaik untuk menghibur para penonton.

Karena tujuan utama dalam suatu pertandingan adalah 'memamerkan' hiburan kepada khalayak. Praktis, salah satu trik yang tidak mudah dipentaskan dengan baik oleh seniman lapangan hijau adalah, rainbow flick.

Akan tetapi, hal itu tidak berlaku bagi pesepak bola asal Brasil, sebagai negeri eksportir pemain kulit bundar terbanyak di dunia, tabiat atau karakter mereka adalah menjadikan olahraga tersebut seceria mungkin ketika berada di atas lapangan.

Pele boleh jadi simbolis bagi para pemain Brasil yang mengedepankan teknik individu ketimbang organisasi tim. Sebagaimana diketahui, Ginga adalah ciri khas pemain Brasil yang lebih mengutamakan gaya sepak bola yang indah pun efektif, dan hal itu menjelma menjadi formula baku bagi ciri khas para pemainnya.

Kiwari ini, dalam kompetisi megah sepak bola Eropa para pemain Brasil tak segan untuk mempertunjukan aksi individu yang menarik perhatian penonton. Selepas purnakarya Ronaldo Luiz de Lima dan Ronaldinho jagat kulit bundar Eropa masih memiliki segudang talenta terbaik asal Negeri Samba.

photo
Neymar

Salah satunya yang masih menghiasai layar kaca adalah penyerang kreatif Paris Saint-Germain (PSG) Neymar. Sejak kehadirannya bersama Barcelona Neymar tak segan memamerkan aksi magisnya dalam mengendalikan bola.

Namun, berlebihan dalam segi apa pun jelas tidaklah baik. Jangan sampai semangat untuk menunjukkan kehebatan yang dimiliki mendorong sang pemain jatuh dalam perbuatan tercela atau setidaknya mengapungkan kritikan dari pemain lain, yang berujung kerugian untuk tim sendiri.

Insiden merugikan untuk Neymar dialami ketika timnya berhadapan dengan Montpellier dalam lanjutan ke-22 Ligue 1 Prancis akhir pekan kemarin. Neymar diganjar kartu kuning pada menit ke-38 bukan karena aksi tekel keras terhadap pemain lawan. Penyebabnya, pemain Brasil itu protes berlebih kepada penegak lapangan hijau (wasit).

Unjuk rasa pemain berusia 28 tahun itu bermula ketika sempat melakukan trik rainbow flick saat menghindari kawalan Arnaud Souquet. Aksi itu dinilai wasit sudah mempermalukan pemain lawan. Mendengar peluit wasit, Neymar pun melayangkan protes karena baginya ulah tersebut tergolong wajar. Alhasil, kartu kuning langsung melayang ke udara.

Keributan itu berlanjut di lorong pemain saat jeda turun minum. Pemilik nomor punggung 10 sempat berdepat dengan ofisial. Dalam video yang dilansir the Sun, Selasa (4/2), Neymar kembali melayangkan protes keras sampai melontarkan makian.

"Saya bermain sepak bola dan dia (wasit) memberikan saya kartu kuning. Sampaikan ke dia, dia tak bisa memberikannya kepada saya,” ujar Neymar.

Mendengar kekesalan Neymar sang ofisial pun hanya bisa meminta eks pemain Santos dan Barcelona itu tetap tenang dan mengontrol emosi. Alih-alih memulihkan sikap Neymar justru membalas dengan geram. "Tenang apanya, bodoh!," ujar Neymar.

Masih pada sumber yang sama, berkat tindakan tersebut Neymar terancam sanksi lebih berat, seperti larangan bermain dan tambahan denda. Hal yang tentunya tak ingin didengar oleh pelatih Thomas Tuchel.

Neymar memang gemar menontonkan aksi menarik kepada para fan, salah satunya trik rainbow flick yang merupakan caranya mengakali pemain lawan dengan melewati bola di atas kepala rival secara melengkung. 

photo
Neymar 

Adegan itu juga sempat diperagakan Neymar kala masih menggunakan kostum Barcelona di final Copa del Rey. Saat itu ia mencoba melewati kawalan pemain Athletic Bilbao, Unai Bustinza, usai berhasil melakukannya Neymar lantas diseduruk para pemain Bilbao yang menuding dirinya telah melakukan penghinaan pun pelecehan.

Akibatnya hal itu menimbulkan pro dan kontra apakah Neymar telah salah melakukan aksinya sebagai salah satu pemain sepak bola terbaik yang dikaruniai bakat mengolah bola mumpuni, atau memang ia merupakan sosok jemawa yang tidak memiliki respek kepada musuhnya.

Satu yang pasti, mengacu pada filosofi mendasar dalam ungkapan tanah Jawa 'menang tanpa ngasorake' (menang tanpa merendahkan) merupakan ujaran yang tepat dan Neymar sekiranya dapat menurunkan kepalanya untuk bisa lebih menghargai para lawan.

Apalagi, dalam Kode Etik Fair Play FIFA tertuang jelas setiap pemain sepak bola harus mengedepankan rasa respek terhadap wasit, mau pun pemain yang akan mereka hadapi di atas lapangan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement