Kamis 19 Mar 2020 09:06 WIB

Menanti Nasib Liga Champions dan Liga Europa

Pembicaraan masa depan sepak bola Eropa akan terus digelar beberapa hari ke depan.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Endro Yuwanto
Trofi Liga Champions di markas UEFA, Nyon, Swiss. (Denis Balibouse/Reuters)
Foto: Denis Balibouse/Reuters
Trofi Liga Champions di markas UEFA, Nyon, Swiss. (Denis Balibouse/Reuters)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertemuan 55 asosiasi sepak bola di bawah bendera Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) melalui video conference pada Selasa (17/3) masih menyisakan dua turnamen besar yang belum mendapatkan keputusan. Kedua turnamen itu adalah Liga Champions dan Liga Europa.

UEFA baru memutuskan Piala Eropa 2020 yang ditunda pada musim panas tahun 2021 dan memberikan kesempatan kepada liga-liga domestik menyelesaikan musim 2019/2020 paling lambat 30 Juni. Lagnkah ini sebagai salah satu penyelesaian krisis yang sedang terjadi di sepak bola Eropa karena dampak virus corona baru atau Covid-19.

Unit kerja dibentuk untuk membahas bagaimana jadwal pertandingan agar musim 2019/2020 selesai sesuai waktu yang ditentukan di tengah pandemi. Setelah bulan Juni, siapa tim yang lolos ke Liga Champions dan Liga Eropa musim depan diharapkan sudah diketahui.

Namun, tentu saja pembicaraan mengenai masa depan sepak bola di Eropa akan terus berlangsung dalam beberapa hari ke depan, seperti dilansir dari ESPN, Rabu (18/3). Situasi yang tak menentu itu tak menjamin pertandingan sepak bola di Eropa kembali digelar.

Digelarnya sebuah kompetisi juga akan bergantung pada kebijakan negara yang saat ini beberapa di antaranya telah memberlakukan lockdown. Italia, Prancis, Spanyol, dan Norwegia telah melakukannya. Inggris juga meminta warganya agar untuk sementara waktu tak keluar rumah selama dua pekan ke depan.

Menurut sebuah sumber UEFA kepada ESPN, krisis yang berbeda-berbeda di setiap negara adalah alasan Liga Champions dan Liga Europa belum menemukan jawaban pasti kapan akan dilanjutkan. Meskipun, ada satu tim yang berasal dari negara dengan krisis corona yang sudah selesai, hal itu tak menjamin negara lain juga mengalami kondisi yang sama.

“Jika, misalnya, Atletico Madrid tertarik untuk bermain melawan RB Leipzig, akankah para pemain mereka diizinkan masuk ke Jerman tanpa memasuki periode isolasi diri? Apakah mereka dapat kembali ke Spanyol tanpa sekali lagi memasuki karantina?” kata sumber tersebut.

Sebagian besar negara di Eropa juga melarang warganya untuk melakukan penerbangan antarnegara. Menurut sumber UEFA tersebut, hal itu adalah masalah yang juga masuk catatan karena kapan larangan itu dicabut tidak pasti.

“Ini juga merupakan faktor mengapa pertandingan sistem gugur di tempat netral terbukti tidak praktis. Satu negara, yang menampung tim dari dua negara yang berbeda, akan tampak tidak mungkin selama berbulan-bulan, pada tahap ini,” kata sumber tersebut menambahkan.

UEFA berharap pandemi corona berangsur usai dalam satu bulan mendatang sehingga bisa kembali menggelar pertandingan meskipun digelar secara tertutup. Otoritas sepak bola Eropa itu memang mempertimbangkan menggunakan format final four demi menyelesaikan Liga Champions dan Liga Europa musim 2019/2020. Semifinal dan final kedua kompetisi antarklub terbesar di Benua Biru itu akan digelar dalam satu pertandingan selama empat hari di tempat netral.

Kota Istanbul, Turki, dan Kota Gdansk, Polandia, dilirik untuk menjadi tempat berlangsungnya pertandingan dua turnamen tersebut. Namun, pertanyaan yang berkembang dalam pembahasan pun muncul, apakah Turki dan Polandia bersedia menerima tim dari empat negara Eropa berbeda yang baru saja diisolasi karena corona?

Selain itu, UEFA juga memikirkan dampak bisnis jika Liga Champions dan Eropa diubah format pertandingannya. Sementara itu, kedua turnamen tersebut baru memasuki babak 16 besar. Klub dan televisi pemegang hak siar jelas akan menerima kerugian jika pertandingan digelar hanya dalam satu kali pertandingan pada sistem gugur. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement