Jumat 20 Mar 2020 13:36 WIB

Perenang AS Minta Olimpiade Tokyo Ditunda

Perenang AS Jacob Pebley meminta Olimpiade Tokyo Ditunda

 Cincin Olimpiade digambarkan di depan Rumah Olimpiade, markas besar Komite Olimpiade Internasional (IOC), di Lausanne, Swiss, 17 Maret 2020. (EPA-EFE / LAURENT GILLIERON)
Foto: EPA-EFE / LAURENT GILLIERON
Cincin Olimpiade digambarkan di depan Rumah Olimpiade, markas besar Komite Olimpiade Internasional (IOC), di Lausanne, Swiss, 17 Maret 2020. (EPA-EFE / LAURENT GILLIERON)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Spesialis gaya punggung Amerika Serikat Jacob Pebley mendesak USA Swimming agar melobi IOC untuk menunda Olimpiade Tokyo 2020. 

"Saya sangat prihatin terhadap pernyataan IOC belum lama ini bahwa mereka pada dasarnya melanjutkan kerja sebagaimana biasa kendati bukti yang terus bertambah bahwa COVID-19 tetap menjadi ancaman besar untuk masa dekat ini," tulis dia dalam posting Instagram seperti dikutip Reuters, Jumat (20/3).

"Bagaimana bisa kita anggota Team USA dan role model untuk ratusan ribu atlet muda, menghadiri uji coba Olimpiade/pelaksanaan Olimpiade dalam keadaan baik-baik?

"Melakukan hal seperti itu akan melawan semua bukti yang terus berkembang dan imbauan social distancing serta melindungi kesehatan masyarakat yang rentan," kata perenang berusia 26 tahun yang saat ini menjadi anggota timnas renang AS.

Pebley, yang turun pada Olimpiade Rio 2016, mengatakan sekalipun Olimpiade diselenggarakan tanpa penonton, perhelatan itu tetap membutuhkan perjalanan dan interaksi yang ekstensif di kalangan atlet, staf dan media, yang bisa menyebarkan virus.

"Para atlet seluruh dunia terkena getahnya oleh penutupan fasilitas-fasilitas latihan yang terjadi begitu cepat. Ini menciptakan lapangan bermain yang sama sekali tidak setara untuk Olimpiade," kata dia.

Pebley menjadi salah seorang atlet yang menginginkan Olimpiade Tokyo ditunda, padahal panitia penyelenggara berulang kali mengatakan Olimpiade Tokyo akan digelar sesuai rencana pada 24 Juli sampai 9 Agustus.

Virus corona sudah menginfeksi 242.000 orang dan telah membunuh sekitar 10.000 orang di seluruh dunia.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement