REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Olimpiade Internasional (IOC) sebaiknya meninjau rencana tetap melanjutkan Olimpiade Tokyo meski di tengah pandemi virus corona. IOC juga mesti menjamin atau memastikan dialog dengan para atlet, kata Aliansi Hak dan Olahraga (SRA) dan Asosiasi Pemain Dunia (WPA), Sabtu (22/3).
Virus seperti flu yang muncul dari China akhir tahun lalu, telah menginfeksi lebih dari 274 ribu warga dunia dan mengakibatkan lebih dari 11 ribu meninggal dunia. Wabah ini juga membuat dunia olahraga terhenti.
IOC dan penyelengara Olimpiade Tokyo menyatakan bahwa Olimpiade 2020 dari 24 Juli hingga 9 Agustus harus tetap berjalan sesuai jadwal. Namun direktur eksekutif WPA Brendan Schwab meminta IOC berkonsultasi dengan banyak atlet sebelum memutuskan.
“Dalam kondisi dunia mengalami pandemi, menyelenggarakan megaevent olahraga termasuk Olimpiade menuntut dilakukannya peninjauan mendalam serta konsultasi yang luas mengingat situasi yang terjadi sekarang, menyertakan para atlet juga perwakilan mereka,” kata Schwab dalam pernyataanya seperti dikutip Reuters.
“IOC perlu meningkatkan dialog dengan berbagai pihak yang rawan terdampak, di luar sponsor dan pemerintah untuk proses terbuka bagi para pemangku kepentingan setara dengan asosiasi pemain sebagai perwakilan atlet dan lainnya yang paling berisiko."
Ribuan calon peserta Olimpiade terabaikan dengan banyaknya event kualifikasi di seluruh dunia yang ditunda atau dibatalkan.
Minky Worden, direktur inisiatif global Human Rights Watch yang merupakan bagian dari koalisi LSM global SRA mengatakan dewan olahraga harus lebih transparan saat ini.
"Virus ini berdampak bagi kesehatan, HAM, profesi dan karier para atlet, tetapi juga kesejahteraan jutaan orang yang mata pencahariannya bergantung pada industri olahraga dan rantai pasokannya," kata Worden.