REPUBLIKA.CO.ID, Terlahir sebagai anak seorang imam di Desa Bambali, Provinsi Sedhiou, Senegal, tampaknya membuat Sadio Mane paham hadis Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam tentang sosok manusia ideal di muka bumi. Rasulullah dalam salah satu sabdanya menyebut sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Mane sudah mengerjakan anjuran Baginda Nabi ini. Dari lingkup kecil, Mane membangun rumah untuk ditinggali paman-paman dan keluarga besarnya. Berikutnya, Mane secara teratur mendermakan sebagian kecil gajinya yang besar untuk sejumlah keluarga miskin di Bambali sana.
Belum cukup, winger 27 tahun ini telah membangun sekolah menengah gratis di Bambali dengan biaya 200 ribu pound (Rp 3,9 miliar) pertengahan tahun lalu. Paman Mane, Sana Toure, membacakan pesan dari keponakannya dalam seremoni pembangunan sekolah itu.
"Pendidikan sangat penting. Ini bisa membuat kalian punya karier yang bagus," bunyi pesan kepada anak-anak kecil dan remaja di Bambali, dikutip dari Talksport.
Film dokumenter berjudul Sadio Made In Senegal yang dirilis pada Rabu (8/4) di Rakuten TV merekam dengan cukup jelas kebaikan hati Mane. Saat berkunjung ke Bambali, Mane dielu-elukan warga. Ia berbicara di depan kerumanan anak-anak muda di luar sekolah yang dibangunnya.
“Sekolah itu kunci. Dahulukan sekolah, karena saat ini kalian punya gedung dan fasilitas sekolah yang tidak pernah saya nikmati,” kata Mane memberi nasihat.
Mane ingin anak-anak di kampungnya mendapatkan pengalaman masa kecil yang lebih baik dibandingkan dia dulu. Mane kehilangan ayah pada usia 7 tahun karena sakit berkepanjangan. Ayahnya tak bisa berobat karena tak ada rumah sakit di desanya. Tanpa sang ayah, ibu Mane banting tulang untuk mencukup kebutuhan, termasuk membiayai sekolah anak-anak. Mane tak mau ia dan keluarganya hidup terus dalam kemiskinan. Ia yakin bisa mengubah nasib dengan menjadi pemain bola profesional.
Mane kabur dari rumah pada umur 15 tahun menuju Ibu Kota Dakar untuk mewujudkan mimpinya. Ia akhirnya mendapatkan dukungan dari ibunya. Doa yang tak terhenti diucapkan sang ibu membantu kesuksesan Mane. Kini, Mane membangun sekolah dan rumah sakit untuk membantu warga desanya. Ia tak mau ada anak di kampungnya kehilangan orang tua karena tak bisa berobat ke rumah sakit. Mane juga ingin membuka jalan bagi warga kampungnya terbebas dari kemiskinan dengan menyediakan bekal pendidikan yang cukup.
Kedermawanan Mane tak berhenti. Terbaru, Mane mendonasikan 41 ribu pound (Rp 800 juta) untuk layanan kesehatan Senegal memerangi virus corona.
Mane bukan tak menikmati hidup. Ia punya sederet mobil mewah bagi kebanyakan orang, tapi biasa saja bagi pesepak bola top. Mane pernah terlihat mengendarai Mercedes G63 AMG, Bentley Continental GT, Range Rover, dan Audi RS7. Dengan harga mobil paling mahal tak sampai 150 ribu pound (Rp 2,9 miliar), gaji sekitar 5,2 juta pound per tahun (sekitar Rp 100 miliar) lebih dari cukup untuk membeli mobil-mobil tersebut. Tak ada super car mewah seperti Lamborghini atau Ferrari di garasi rumahnya di Allerton, Liverpool.
"Mengapa saya menginginkan sepuluh Ferrari, 20 jam tangan berlian, atau dua pesawat? Apa yang akan dilakukan benda-benda ini untuk saya dan bagi dunia? Saya lapar, dan saya harus bekerja di lapangan, saya bertahan di masa-masa sulit, bermain sepak bola tanpa sepatu. Saya tidak memiliki pendidikan dan banyak hal lainnya, tetapi hari ini dengan apa yang saya hasilkan berkat sepak bola, saya dapat membantu orang-orang," Mane pernah menjelaskan beberapa waktu lalu.
Punya banyak uang tak membuat Mane menghambur-hamburkannya. Kita ingat Mane pernah tertangkap memegang ponsel iphone yang layarnya retak. Padahal, ia dengan mudah bisa membeli telepon yang sama sebanyak yang ia inginkan, tapi Mane tak melakukannya.
Ah, Mane punya uang, saya tidak...saya bisa apa? Jawabnya, masih bisa seperti Mane. Mane tertangkap kamera membantu kitman timnas Senegal mengangkat minuman dari bus ke dalam lapangan latihan. Satu waktu, netizen pernah mengunggah video Mane membantu membersihkan toilet masjid ke media sosial. Ia bersama satu pria dewasa dan seorang anak lelaki membersihkan lantai toilet. Diduga, itu toilet masjid Al-Rahma di Mulgrave Street, Liverpool, tempat Mane sering menunaikan ibadah shalat lima waktu.
Sebagai manusia biasa Mane jauh dari sempurna. Setidaknya di lapangan hijau, dia dituding sebagai penyelam demi mendapatkan penalti atau pelanggaran penting. Pasti ada lagi kekurangan Mane sebagai insan yang tidak diketahui publik. Boleh jadi, Yang Maha Kuasa akan menyembunyikan keburukan-keburukan itu dengan segala kebaikan yang dibuatnya.