REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tour de France tidak hanya pesta akbar bagi Prancis, tetapi juga detak jantung bagi para pebalap profesional. Namun balapan legendaris itu akan menghadapi konsekuensi berat jika krisis virus corona memaksa turnamen tersebut batal.
Ajang balap sepeda jalan raya sepanjang 21 hari itu dijadwalkan bermula di Nice pada 27 Juni nanti. Sementara, publik menanti pengumuman dari pihak penyelenggara tentang nasib turnamen tersebut.
The Grande Boucle, demikian sebutan tur itu di Prancis, adalah pilar ekonomi utama dari 22 tim profesional yang berada di roster 2020.
"Pembatalan membuka pintu bagi kemungkinan kehancuran ekonomi dari sektor balap sepeda," kata Jean-Francois Mignot, peneliti Pusat Nasional Penelitian Ilmiah Prancis, dan penulis buku Sejarah Tour de France kepada AFP, Selasa (14/4).
Menjaga agar tur tetap digelar sesuai jadwal agaknya tak akan memungkinkan. Ini menyusul pengumuman Presiden Prancis Emamanuel Macron pada Senin (13/4) yang melarang pergelaran ajang publik dengan jumlah pengikut yang besar hingga pertengahan Juli. Prancis telah menerapkan lockdown sejak 17 Maret dan sekira 15 ribu orang meninggal dunia karena virus corona di negara itu.
Ketika tur digelar, tak kurang dari 12 juta orang menonton, memadati rute yang dilewati para pembalap selama tiga pekan di musim panas itu. "Gampangnya seperti ini. Jika tur tidak digelar, tim-tim bisa hilang, para pebalap dan staf akan menganggur," kata kepala tim Groupama-FDJ Marc Madiot.
Bujet tim asal Prancis itu diperkirakan mencapai 20 juta euro atau sekira Rp 343 miliar per tahun dan dibiayai oleh perusahaan lotre dan asuransi negara. Penyelenggara Tour de France, Amaury Sport Organisation (ASO), menyediakan hadiah total uang senilai 2,3 juta euro atau hampir Rp 40 miliar di edisi 2019 yang dimenangi oleh pebalap tim Ineos, Egan Bernal asal Kolombia, yang merebut 500 ribu euro.
Pihak sponsor pun berlomba-lomba untuk menggelontorkan uang agar mendapat eksposur ketika balapan itu disiarkan di televisi secara global, bahkan tim-tim kecil yang terlibat breakaway di balapan pun mendapat sorotan.
Belum lagi adanya upacara penyerahan hadiah setiap harinya untuk pemenang dari berbagai kategori seperti sprint, climb, attack, dan pebalap muda, yang akan membawa nama sponsor di jersey mereka. "Sebagian besar sponsor datang ke balap sepeda hanya karena alasan itu," kata Mignot.
Mignot pun memperkirakan jika pendapatan ASO meningkat dari lima juta euro pada tahun 1980-an menjadi 50 juta euro saat ini. Laporan lain dari Sporsora menyebutkan, jika turnover Tour de France 2019 mencapai 130 juta euro. Sekira 40-50 persen datang dari sponsor, separuhnya lagi dari hak siar, sedangkan tuan rumah balapan berkontribusi kurang lebih lima persen.
Sedangkan menurut laporan Infogreffe.fr, separuh turnover ASO pada 2018 sebesar 233,5 juta euro. ASO tidak membalas pertanyaan yang diajukan oleh AFP.