REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Qatar dan Arab Saudi akan bersaing untuk mendapatkan hak penyelenggaraan Asian Games 2030. Dalam sebuah pernyataan pada Kamis (23/4), Dewan Olimpiade Asia (OCA) mengatakan telah menerima tawaran dari Doha dan Riyadh, Ibu Kota kedua negara tetangga, untuk menggelar multi event olahraga terbesar di Asia ini.
"OCA senang menerima dua tawaran kuat untuk Asian Games kami pada 2030. Ini menunjukkan kepercayaan dan kepercayaan pada gerakan Olimpiade di Asia dan semakin meningkatkan reputasi kami menjadi tuan rumah acara olahraga kelas dunia dalam skala besar," kata Presiden OCA, Sheikh Ahmad Al-Fahad al-Sabah, dilansir dari laman Al Jazeera, Jumat (24/4).
Sebanyak 45 negara anggota OCA telah diundang untuk mengajukan penawaran sebagai tuan rumah dengan batas waktu Rabu (22/4). Kota tuan rumah baru akan diputuskan pada pertemuan Majelis Umum OCA di Sanya, Cina, pada 29 November. Namun belum jelas apakah pandemi corona ini akan mempengaruhi jadwal pengumuman tersebut.
"Dengan dua tawaran ini untuk Asian Games 2030 kami sekarang memiliki stabilitas dan kontinuitas dalam gerakan olahraga kita untuk dekade berikutnya," kata Sheikh Ahmad.
Asian Games 2022 akan berlangsung di Kota Hangzhou, China. Asian Games 2026 kemudian akan digelar di Aichi-Nagoya, Jepang.
Qatar menjadi tuan rumah Asian Games edisi ke-15 pada 2006, tetapi Arab Saudi belum pernah menjadi tuan rumah ajang serupa.
"Kami percaya ini saatnya mengajukan tawaran untuk menjadi tuan rumah lagi untuk menyambut seluruh Asia ke negara kami," kata Sheikh Joaan bin Hamad Al Thani, presiden Komite Olimpiade Qatar. Pada 2022, Qatar akan menjadi tuan rumah Piala Dunia, acara sepak bola terbesar di dunia.
"Kami ingin menempatkan keahlian dan kemampuan kami dalam pelayanan olahraga Asia," kata Sheikh Joaan. "Melalui kerja sama yang erat dengan teman-teman kita dalam keluarga Olimpiade Asia, kami berjanji untuk menyediakan lingkungan sebaik mungkin bagi para atlet untuk menampilkan yang terbaik dan mendorong generasi muda di benua Asia."
Arab Saudi, bersama Uni Emirat Arab, Bahrain dan Mesir, memberlakukan blokade terhadap Qatar dan memutus hubungan diplomatik dan perdagangan dengannya pada 5 Juni 2017. Keempat negara ini menuduh Qatar mendukung terorisme dan terlalu dekat dengan rival regionalnya, Iran. Qatar berulang kali menolak tuduhan itu dan menyatakannya sebagai tindakan yang tak berdasar.