Jumat 08 May 2020 07:30 WIB

Mengenang 37 Tahun Duel Legendaris Icuk Vs Liem Swie King

Dalam final Kejuaraan Dunia itu, Icuk Sugiarto menumbangka seniornya Liem Swie King.

Icuk Sugiarto
Foto:

Menit-menit akhir menjadi sangat mendebarkan. Saat kedudukan menunjukkan angka 16-16, lalu King melakukan servis, shuttlecock justru meleset keluar lapangan yang langsung mengantarkan Icuk merebut gelar juara.

Icuk pun luluh dalam kegembiraan. Ia langsung melompat tinggi dan melempar raketnya, kemudian berlari merangkul King yang masih terpaku di tengah lapangan.

Lawan-lawan yang jadi korban Icuk dan King dalam perjalanan menuju final tak bisa memberi reaksi lain kecuali melemparkan pujian atas pertarungan All Indonesian Final tersebut.

"Ini pertandingan terbaik yang pernah saya lihat. Betul, saya belum pernah melihat partai yang begini hebat," kata Padukone.

"Pertandingan tadi menuntut mental yang sangat kuat. Dan begitu seimbang sehingga siapa yang lebih beruntung, dia yang menang. Bayangkan, sampai angka terakhir, kita belum bisa memastikan siapa yang bakal menang," komentar pebulu tangkis China Han Jiang soal kedudukan 13-13 dan 14-14 Icuk dan King di set ketiga.

Gelar juara dunia pertama Icuk itu diraihnya dalam usia 20 tahun, membuatnya memecahkan rekor sebagai juara dunia termuda, torehan yang hingga kini belum terpecahkan.

Bagi King, yang sebelumnya sudah menjuarai All England pada 1978, 1979 dan 1981, kekalahan dari Icuk menjadi salah satu momen yang tak akan pernah bisa dilupakan.

Sungguh pantas bagi King menganggap momen kekalahannya itu sebagai catatan getir di sepanjang kariernya. Pasalnya, King adalah pemain tunggal putra terbesar Indonesia setelah Rudy Hartono. Ia juga cukup ditakuti sejak tahun 1976 dan mencatatkan rekor tak terkalahkan selama tahun 1978 dan 1979. Dia juga menjadi salah satu penyokong tiga medali emas di tiga ajang Piala Thomas (1976, 1979, 1984).

“Kekalahan melawan Han Jian sewaktu di Singapura itu cukup menyedihkan. Waktu itu saya hanya kalah satu poin. Juga melawan Icuk Sugiarto di partai final Kejuaraan Dunia 1983 di Copenhagen. Itu pun saya hanya kalah satu poin di set ketiga. Kedua kekalahan ini masih teringat sampai sekarang,” ujar King dalam buku "Sejarah 15 Olahragawan Terpopuler di Indonesia."

Icuk dan King memang bertarung sengit untuk menjadi juara dunia malam itu, tetapi Indonesia-lah pemenangnya. Mereka sukses melanjutkan tongkat estafet kejayaan bulu tangkis Merah Putih, yang kembali melambung tiga tahun sebelumnya ketika memborong empat dari lima nomor Kejuaraan Dunia 1980 di Istora Senayan, Jakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement