REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajemen Bhayangkara FC mengaku galau soal pemberian tunjangan hari raya (THR) untuk anggota skuat mereka yang biasanya diberikan tiap tahun. Saat ini, klub dihadapkan pada situasi terhentinya pemasukan sebagai imbas pandemi Covid-19.
"Tahun lalu pemain, ofisial, dan staf memang mendapat THR. Tapi sekarang saya tidak tahu mau jawab seperti apa," ujar Chief Operating Officer Bhayangkara FC Sumardji saat dikonfirmasi, Ahad (17/5).
Sumardji mengatakan tidak adanya kompetisi akibat pendemi membuat pemasukan dari sponsor juga terkena imbasnya. Apalagi pandemi ini tidak hanya memukul satu sektor saja namun keseluruhan aspek.
"Saat ini kami sudah bingung karena sponsor sudah setop jadi tidak ada pemasukan," kata dia.
Walaupun kompetisi dihentikan, klub juga tetap harus menggaji para pemainnya meski PSSI memberikan keringanan bahwa mereka bisa membayar 25 persennya saja.
Maka dari itu, Sumardji menolak adanya wacana pemangkasan dana subsidi oleh PT LIB, demi jalannya operasional klub.
Rencananya, dana subsidi untuk tiap klub yang dikucurkan Rp 520 juta dipangkas menjadi Rp 350 juta. Sementara untuk Liga 2, dari semula Rp 250 juta menjadi Rp 100 juta. Persipura dan Persiraja Banda Aceh mendapatkan dana lebih besar yakni Rp 570 juta, namun operator liga akan memukul rata pencairan pada tahap kedua.
Untuk itu, ia meminta PT. LIB memberikan kejelasan perihal dana subsidi tahap kedua yang belum dicairkan. Kejelasan dana subsidi ini akan dibawa dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada Senin besok.
"Kami ingin tanya masalah subsidi ini, kepastiannya seperti apa. Kami sudah tidak ada pemasukan lagi dari sponsor," kata dia.