REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PB PASI) menghadapi kendala baru setelah memulangkan para atlet pelatnas mereka ke daerah asal masing-masing sejak Maret. Sebab, pelaksanaan program latihan jarak jauh dinilai kurang maksimal.
Hal itu, kata Sekretaris Umum PB PASI Tigor M Tanjung karena keterbatasan ruang latihan dan perlengkapan pendamping di tempat tinggal para atlet pelatnas.
"Mereka tidak bisa berlatih normal di kampung halamannya. Kalau pun ada stadion mereka tidak bisa menggunakannya karena ditutup," kata Tigor saat dihubungi dari Jakarta, Rabu (20/5).
Di tempat asal atlet, juga ada yang sudah memberlakukan PSBB atau bahkan berada di zona merah. Alhasil ini membuat ruang gerak untuk latihan jadi sangat terbatas.
Tigor mengaku khawatir jika kondisi itu terus berlanjut akan berdampak terhadap kurang maksimalnya persiapan menghadapi kualifikasi Olimpiade maupun kejuaraan reguler lainnya pada 2021.
"Kami sudah bayangkan jika nantinya pelatnas 2021 akan berjalan tidak terlalu baik kalau hanya mengandalkan model latihan seperti sekarang," katanya menegaskan.
Akibat pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia, sekira 70 atlet pelatnas yang sebelumnya rutin berlatih di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta, terpaksa dipulangkan.
Sejumlah atlet pun terpaksa menjalani program latihan seadanya berbekal peralatan terbatas serta pengawasan dari pelatih secara jarak jauh.
Lalu Muhammad Zohri misalnya, pelari yang lolos ke Olimpiade Tokyo 2020 ini menjalani program latihan di halaman rumah atau di pantai dengan perlengkapan pribadi yang ia miliki.
Meski dalam kondisi yang terbatas, namun PB PASI terus menggenjot performa atletnya agar bisa menambah kursi atlet nasional yang akan berlaga di olimpiade yang diundur tahun depan.
"Yang pasti kan Zohri, tapi kami juga coba meloloskan yang lain juga. Untuk (pertandingan) kualifikasinya kami belum tahu akan diikutkan yang mana karena kalender pertandingan juga belum jelas," tutur Tigor.