REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PSSI secara maraton menggelar rapat virtual dengan klub-klub Liga 1, Liga 2, Asosiasi Pesepak Bola Profesional Indonesia (APPI) dan Asosiasi Pelatih Sepak Bola Seluruh Indonesia (APSSI) pada hari ini, Selasa (2/6). Pertemuan dengan APPI dan APSSI masih berlangsung sampai Selasa malam.
Dalam rapat itu, PSSI mengusulkan agar Liga 1 dilanjutkan pada September 2020, sementara Liga 2 pada Oktober 2020. Kemudian, ada penambahan cicilan per termin untuk setiap klub Liga 1, dari sebelumnya Rp 520 juta menjadi 800 juta. Sementara subsidi klub Liga 2 dinaikkan menjadi Rp 200 juta. Lalu, tidak ada degradasi untuk Liga 1 dan 2 di masa pandemi.
Ide tanpa degradasi itu pun disambut baik oleh Arema FC karena dapat mengurangi beban mental klub. "Jadi, misalnya, H-2 pertandingan salah satu tim pemainnya terkena Covid-19 sehingga tidak bisa bertanding. Laga itu bisa ditunda atau dihitung walk out. Klub-klub tidak khawatir. Kalau WO, ya, WO saja. Itu tidak akan menurunkan persaingan liga karena juaranya tetap akan mewakili Indonesia di kompetisi AFC," tutur General Manager Arema Rudy Widodo.
Kemudian masalah penonton, Arema mengusulkan agar liga tetap dihadiri penonton tetapi jumlahnya dibatasi. "Mungkin bisa dibatasi jadi 50 persen dari kapasitas stadion. Pengawasan jadi lebih mudah. Namun, kepastian dari PSSI soal ini menunggu keadaan sampai awal Agustus atau dari Juli sampai akhir Agustus," ujar Rudy.
Lalu, masukan PSSI lain untuk klub adalah pertandingan-pertandingan Liga 1 digelar di Pulau Jawa. Kalau itu terlaksana, PSSI meminta klub-klub di luar Jawa untuk memindahkan markasnya.
"Artinya bukan dipusatkan di Jawa, ya. Bukan home tournament. Keputusan laga berlangsung di Jawa agar meminimalkan risiko para pemain dan ofisial tim terpapar Covid-19 di tempat umum seperti bandara. Di Jawa kan sudah ada tol dari barat ke timur. Perjalanan nanti menggunakan bus," kata Rudy.