Kamis 11 Jun 2020 16:22 WIB

LeBron Buat Kelompok Sadar Pemilu untuk Warga Kulit Hitam

Ini guna mencegah penindasan suara warga Afrika-Amerika di AS.

LeBron James
Foto: AP Photo/Marcio Jose Sanchez
LeBron James

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang Los Angeles (LA) Lakers LeBron James membentuk sebuah kelompok dengan selebritis-selebritis kulit hitam lain. Langkah ini dilakukan guna mencegah penindasan suara warga Afrika-Amerika.

Seseorang yang mengetahui benar masalah ini seperti dikutip Reuters, Kamis (11/6), menyatakan, kelompok yang diberi nama "More Than a Vote" ini akan fokus kepada pendidikan dan perlindungan suara kulit hitam, selain mendorong untuk lebih berani bersuara di bilik suara pada pemilu Amerika Serikat (AS), 3 November mendatang.

"Kami merasa seperti sudah didengarkan dan diperhatikan, dan ini masanya bagi kami untuk mengakhiri perbedaan," kata LeBron kepada New York Times yang pertama kali melaporkan soal ini.

LeBron dan selebritas-selebritas lain diperkirakan bakal berperan serta, termasuk bintang basket Trae Young, komedian Kevin Hart, dan pengusaha Maverick Carter, dalam memanfaatkan kehadiran media sosial guna menyediakan informasi kepada pemilih.

Rencananya, kelompok ini muncul tepat saat warga AS mengkhawatirkan intervensi asing dalam pemilu, virus corona baru yang mencuatkan masalah keselamatan dalam pemilu, dan kekhawatiran kelompok aktivis terhadap penindasan pemilih.

"Akan ada kampanye penindasan yang aktif," kata orang yang mengetahui benar program LeBron ini. "Atlet-atlet ini adalah para anggota paling dipercaya di komunitasnya."

Apatisme, kampanye disinformasi online, dan upaya membatasi hak suara dipersalahkan dalam rendahnya partisipasi warga kulit hitam pada pemilu 2016.

Pada Selasa (9/6), banyak orang menunggu selama berjam-jam untuk memberikan suara dalam pemilu pendahuluan Georgia, khususnya di county-county dengan konsentrasi penduduk kulit hitam yang besar dan di seluruh Atlanta. Lusinan tempat pemungutan suara (TPS) ditutup karena kekhawatiran virus corona.

LeBron berada di antara sejumlah atlet kelas atas yang bersuara keras setelah kematian George Floyd, warga kulit hitam yang terbunuh bulan lalu, setelah seorang polisi kulit putih menekankan lututnya ke leher dua selama beberapa menit. Insiden ini memicu gelombang unjuk rasa di seluruh dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement