Sabtu 13 Jun 2020 00:04 WIB

Soal Cedera Atlet, LPDUK Ingin Berkontribusi Lewat SPPOI

Atlet yang keseleo tidak dianjurkan untuk langsung dipijat tapi dikompres es dulu.

Pelatih sekaligus pakar kesehatan olahraga I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa saat menjadi narasumber Webinar bertajuk Strategi Sukses Pembinaan Olahraga Pencak Silat Untuk Anak Usia Dini yang digelar Keluarga Pencak Silat Nasional (Kelatnas) Perisai Diri bekerjasama dengan BLU LPDUK Kemenpora, Jumat (12/6).
Foto: Istimewa
Pelatih sekaligus pakar kesehatan olahraga I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa saat menjadi narasumber Webinar bertajuk Strategi Sukses Pembinaan Olahraga Pencak Silat Untuk Anak Usia Dini yang digelar Keluarga Pencak Silat Nasional (Kelatnas) Perisai Diri bekerjasama dengan BLU LPDUK Kemenpora, Jumat (12/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Cedera merupakan resiko yang bisa melanda atlet cabang olahraga apapun. Agar tidak menimbulkan dampak yang bisa merusak karir atlet, penanganannya harus benar dan tuntas. Penanganan cedera yang tidak tuntas dan berpotensi menimbulkan komplikasi merupakan satu dari tujuh kesalahan fatal dalam pembinaan atlet berprestasi.

Kesalahan fatal ketiga dalam pembinaan atlet adalah penanganan cedera atlet yang tidak tuntas yang berpotensi menimbulkan komplikasi. Misalnya ada atlet yang keseleo langsung dipijat.

"Kakeknya merupakan seorang pemijat, tapi saya tidak menganjurkan begitu atlet keseleo langsung dipijat. Kita lakukan sesuai dengan teorinya, kita kompres es, kemudian hanya boleh dipijat di luar dari kawasan itu (yang keseleo) agar tidak terjadi perluasan luka,” kata Pelatih sekaligus pakar kesehatan olahraga I Gusti Ngurah Putra Eka Santosa saat menjadi narasumber Webinar bertajuk Strategi Sukses Pembinaan Olahraga Pencak Silat Untuk Anak Usia Dini yang digelar Keluarga Pencak Silat Nasional (Kelatnas) Perisai Diri bekerjasama dengan BLU LPDUK Kemenpora, dalam rilisnya, Jumat (12/6).

Dalam Webinar lewat aplikasi Zoom dan ditayangkan live di chanel youtube LPDUK TV ini, selain penanganan cedera yang tidak benar dan tuntas, Eka Santosa menyampaikan enam kesalahan fatal atlet lain yaitu latihan belum terprogram sesuai minat, bakat, postur dan kondisi kesehatan; dosis latihan yang belum sesuai dengan tahapan tumbuh kembang; pemberian nutrisi dan hidrasi yang kurang tepat; kekerasan psikologis selama pembinaan prestasi; pencarian bakat yang tidak berdasarkan profiling atlet; dan kompetisi belum sesuai dengan usia.

Selain Eka Santosa, Webinar yang dimoderatori Padmono Wibowo ini juga menghadirkan narasumber Budi Haryanto (pelatih/Guru Besar FKM Universitas Indonesia), Adinda Bakrie (Psikolog sekaligus pengusaha dan pemerhati anak usia dini) dan Keynote Speech Ketua Umum Kelatnas Indonesia Prisai Diri, Dwi Soetipto dan Otto Soeharjono (Pelatnas, Kelatnas Prisai Diri Inggris Raya). Webinar dibuka oleh Direktur BLU LPDUK Kemenpora Agus Hardja Santana.

Terkait dengan penanganan cedera atlet, Agus Hardja menyampaikan bahwa LPDUK sudah memiliki Sentra Peningkatan Performa Olahraga Indonesia (SPPOI) Eminence, semacam klinik olahraga yang salah satu pelayanannya menangani cedera atlet.

“SPPOI-Eminence ini ada di Menara Mandiri Jalan Sudirman. Kita melayani cedera atlet untuk semua cabang olahraga,” kata Agus Hardja.

Direktur LPDUK berharap, kehadiran SPPOI-Eminence bisa memberikan kontribusi dalam penanganan cedera atlet yang benar dan tuntas sebagai bagian penting dalam pembinaan atlet berprestasi.

“Mudah-mudahan atlet-atlet yang berpotensi tidak menjadi minder atau mengalami downgrade karena cedera, bahkan mereka bisa sembuh dan prima kembali,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement