REPUBLIKA.CO.ID, INGGRIS— Dewan Muslim Inggris (MCB), organisasi Muslim terbesar di Inggris, menyerukan pemerintah memastikan penanganan rasisme terhadap Muslim ditanggapi dengan serius.
Pernyataan ini disampaikan setelah Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, mengatakan akan mengatasi ketidaksetaraan rasial di negara itu.
Boris mengatakan akan membentuk komisi kesetaraan rasial untuk menindak segala persoalan rasisme. Melalui pesan di Telegraph, Boris mengatakan perlunya membentuk tim untuk memberantas praktek rasisme di masyarakat.
"Ada banyak lagi yang perlu kita lakukan dan akan kita lakukan. Sudah saatnya komisi lintas pemerintah dibentuk untuk melihat semua aspek ketidaksetaraan, baik dalam pekerjaan, dalam hasil kesehatan, di akademik dan semua lapisan masyarakat lainnya," tulis Boris Johnson yang dikutip di Newsweek, Selasa (16/6).
Dewan Muslim Inggris (MCB) menyampaikan kekhawatiran terabaikannya hak perlindungan bagi umat Muslim dan adanya penganaktirian dalam komisi. Sekretaris Jenderal MCB Harun Khan mengatakan, Islamofobia adalah hal yang sangat sering bahkan menjadi hal yang biasa ditemui di jalan-jalan.
Harun mengungkapkan, berdasarkan hasil survei EHRC, 70 persen Muslim pernah mengalami prasangka berbasis agama. Dia juga mengatakan pentingnya peran komisi untuk menyelidiki penyebab kasus rasisme hingga ke akarnya, bukan hanya sekedar berkomentar atau bereaksi setelah adanya protes atau kasus rasisme selanjutnya.
"Jika kita benar-benar berkomitmen untuk mengatasi semua aspek ketidaksetaraan rasial, kita harus berkomitmen untuk mengatasi rasisme Islamofobia yang menargetkan Muslim," ujar Harun.
MCB juga meminta pemerintah untuk memastikan bahwa komisi tersebut menindak praktik Islamofobia dan membuat kebijakan yang dapat ditindaklanjuti untuk memeranginya.
Menurut Harun, Islamofobia adalah masalah yang terus berujung kegagalan untuk diatasi akibat tingkat ketulusan penuntasannya yang kurang tinggi.
MCB mengatakan bahwa ketidaksetaraan antara golongan mayoritas dan minoritas sangat sering terjadi dalam sistem pendidikan, kesehatan dan peradilan pidana. Hal ini terbukti dengan banyaknya laporan tentang ketidakadilan berdasarkan ras.
"Namun, jajak pendapat menunjukkan bahwa sikap terhadap umat Islam khususnya, tampaknya tidak kunjung membaik. Rasisme yang menargetkan Muslim, atau Islamofobia, terus menjadi masalah serius di masyarakat kita," sambung Harun.
Di sisi lain, rencana pembentukan komisi kesetaraan ras ini mengundang banyak kritik, bahkan dari mantan Kanselir dan Anggota Parlemen Konservatif, Sajid Javid.
Sajid mengatakan, meski niat pembentukan komisi ini sangat bagus dan pantas disambut baik, namun mengangkat kasus ketidakadilan saja tidak cukup. Komisi, kata Sajid, harus memiliki rencana pemecahan kasus kesenjangan rasial.
"Audit Kesenjangan Rasial harus mampu menemukan dan mengumpulkan data konkrit dan memberikan solusi atas kasus rasisme," kata Sajid.
Kritik juga dilontarkan Sara Collins, penulis buku yang banyak membahas tentang perbudakan dan kesenjangan ras. Sara mengatakan bahwa apa yang dijanjikan Boris hanyalah basa-basi dan respons spontan saja. "Tidak mengherankan bagi saya bahwa apa yang ditawarkan Boris Johnson adalah defleksi atau basa-basi," kata Sara Collins.
"Dia tidak ingin terlibat dengan masalah substantif, jadi tentu saja satu-satunya tindakan yang terbuka baginya sekarang adalah mengumumkan solusi lain, daripada bertindak berdasarkan rekomendasi dari penyelidikan sebelumnya," sambungnya.
Adapun rencana Perdana Menteri tersebut datang setelah sebuah laporan baru-baru ini datang dari Public Health England, yang meneliti dampak Covid-19 yang tidak proporsional pada jumlah korban meninggal yang lebih banyak berasal dari komunitas BAME, seperti orang kulit hitam, orang Tionghoa, dan etnis minoritas lainnya.
Laporan itu menyatakan, "Orang-orang Tionghoa, India, Pakistan, Asia lainnya, Karibia, dan etnis Hitam lainnya memiliki risiko kematian antara 10 dan 50 persen lebih tinggi bila dibandingkan dengan orang Inggris berkulit putih."
Menurut Kantor Statistik Nasional (ONS),berdasarkan usia, orang kulit hitam memiliki risiko kematian empat kali lebih tinggi akibat Covid-19 daripada orang kulit putih. Sementara orang Pakistan dan Bangladesh beresiko tiga kali lebih tinggi, dan orang India dua kali lebih tinggi.
Berdasarkan laporan MCB, sepertiga orang-orang BAME di Inggris menganut agama Islam, bahkan 90 persen Muslim di Inggris tergabung dalam komunitas tersebut. Janji yang diucapkan Boris Johnson untuk memberantas Islamofobia, sejatinya sudah terucap dalam kampanye Partai Konservatif pada 2019 lalu. Dia berkomitmen untuk mengadakan penyelidikan spesifik terkait Islamofobia kepada seluruh parlemen.
"Namun dia justru meluncurkan penyelidikan atas segala bentuk prasangka, dan menolak mengakui bahwa memang benar ada kefanatikan dan prasangka yang terus menyasar umat Muslim," kritik Harun.
Sejak saat itu, Amanda Milling MP, salah satu ketua Partai Konservatif, mengangkat suara dengan mengatakan bahwa partai telah menetapkan penyelidikan independen serta memastikan penyalahgunaan dan pelanggaran dengan motif rasisme dapat dihilangkan.
"Partai Konservatif tidak akan pernah terus ada ketika datangnya prasangka dan diskriminasi dalam bentuk apapun. Itulah sebabnya kami berkomitmen untuk penyelidikan ini, untuk memastikan bahwa setiap penyalahgunaan yang tidak sesuai untuk kehidupan publik dihilangkan," ujarnya.