Senin 06 Jul 2020 16:15 WIB

Rekan Tim Choi Suk-hyeon Ungkap Kekerasan Pelatih

Sejumlah atlet mengaku mengalami kekerasan oleh pelatih.

Penganiayaan (Ilustrasi)
Penganiayaan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL  --  Mantan rekan setim atlet triathlon Korea Selatan yang ditemukan meninggal bulan lalu, mengatakan pada Senin bahwa para atlet menjalani kehidupan "neraka" sering dipukuli dan mengalami kekerasan verbal oleh pelatih.

Choi Suk-hyeon, seorang anggota tim nasional triathlon, meninggal di asrama tim beberapa waktu lalu diduga bunuh diri.  Sebelum meninggal ia meninggalkan pesan kepada sang ibu yang memintanya untuk "mengungkap dosa-dosa" penyiksanya.

Baca Juga

Choi tidak menyebut nama dalam pesannya, yang dirilis oleh seorang anggota parlemen pekan lalu, namun keluarga dan rekan setim mengatakan ia menderita bertahun-tahun akibat kekerasan fisik dan verbal dari pelatih, fisioterapis dan kapten tim Gyeongju City.

Pelatih dan kaptennya membantah telah melakukan kesalahan dalam sidang parlemen pada Senin. Seorang pejabat kementerian olahraga mengatakan dalam sidang tersebut bahwa fisioterapis itu adalah teman pelatih dan bekerja sama dengan tim tersebut meskipun tidak mempunyai lisensi.

Ia tidak lagi bersama tim dan Reuters tidak bisa mengontaknya. Salah satu dari rekan setim Choi, yang tidak memberitahu namanya dan mengenakan masker untuk menutupi identitas mengatakan dalam konferensi pers sebelum sidang bahwa tim tersebut adalah 'kerajaan' yang dibangun hanya untuk pelatih dan anggota tertentu. "Pelatih dan kapten biasa memukul dan melecehkan secara verbal Suk-hyeon dan kami," tambahnya.

Dalam satu contoh, pelatih memaksa mereka memakan roti seharga 200 ribu won (Rp2,4 juta) dan kemudian memuntahkannya kembali sebagai hukuman telah meminum secangkir coca dan menambah berat badan.

Rekan setim lainnya menjabarkan kehidupan di asrama atlet sebagai "jurang neraka". Namun ia percaya ini adalah kehidupan atlet dunia yang harus dijalani.

Anggota parlemen yang mengatur konferensi pers mengatakan perlu keberanian dari atlet untuk maju ke depan karena mereka takut akan pembalasan.

Kematian Choi memicu kegemparan nasional, khususnya setelah ia ditemukan mengajukan keluhan kepada polisi, badan olahraga nasional dan pengawas hak asasi manusia. Kepala asosiasi triathlon nasional meminta maaf pada sidang parlemen tersebut karena "hanya percaya pelatih".

Komunitas olahraga elite Korea Selatan terkenal dengan budaya menang dengan segala cara. Ada rezim pelatihan yang brutal dan hubungan hierarki kuat antara pelatih dengan atlet lebih tua dan lebih muda.

Tahun lalu, beberapa atlet putri menuduh pelatih mereka yang laki-laki melakukan pelecehan seksual dan verbal di tengah gerakan #MeToo, termasuk skater dua kali juara Olimpiade jarak pendek Shim Suk-hee. Menteri olahraga dan Komite Olahraga dan Olimpiade Korea menjanjikan penyelidikan menyeluruh pada Senin

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement