REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Juventus kembali menjadi juara Serie A Liga Italia. Pada giornata ke-36, Juve menumbangkan Sampdoria, 2-0, di Stadion Allianz, Turin, Senin (27/7) dini hari WIB.
Hasil demikian membuat kursi singgasana si Nyonya Tua tak tersentuh. Leonardo Bonucci dan rekan-rekan unggul tujuh angka atas Inter Milan di kursi runner-up. Kompetisi cuma menyisakan dua pertandingan.
Namun, masih ada pekerjaan rumah yang harus dibenahi sang jawara. Ini terkait kinerja pertahanan. Sejauh musim 2019/2020 berjalan, gawang Bianconeri sudah kebobolan 38 gol pada ajang Serie A.
"Itu rekor pertahanan terburuk Juve saat memenangkan scudetto, dalam 60 tahun terakhir," demikian laporan yang dikutip dari Football Italia, Senin.
Bisa lebih buruk lagi, mengingat kompetisi belum berakhir. Apa pun itu, Juventus baru saja meraih trofi scudetto kesembilan secara beruntun.
Pada tahun kompetisi 2018/2019, gawang si Nyonya Tua kebobolan 30 gol. Sebelumnya, itu catatan terburuk di tengah periode sukses. Pada edisi kini, jauh lebih mengkhawatirkan. Apa yang terjadi, buah dari sebuah sistem baru.
Sejatinya Juve dalam penyesuaian. Di era Maurizio Sarri, pasukan hitam-putih diatur untuk lebih menyerang. Tim tersebut cukup produktif dengan 75 gol. Bianconeri hanya kalah dari Atalanta (96), Inter Milan (77), dan Lazio (76).
Sarri menerapkan garis pertahanan tinggi saat menekan lawan. Jika temponya menurun, Juve rentan mendapat serangan balik. Bagi sang arsitek, ini menjadi trofi scudetto pertamanya.
Sarri berstatus pelatih tertua dalam sejarah Liga Italia yang meraih gelar tersebut. Sarri mendapatkan kemenangan ini di usia 61 tahun, enam bulan.