Rabu 02 Sep 2020 22:11 WIB

Tiga Penyesalan Terbesar Galliani Selama Menjabat CEO Milan

Setidaknya ada tia momen yang menjadi penyesalan terbesar Adriano Galliano.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Agung Sasongko
Adriano Galliani
Foto: EPA/Luca Zennaro
Adriano Galliani

REPUBLIKA.CO.ID, MILAN -- Setidaknya ada tiga momen yang menjadi penyesalan terbesar Adriano Galliano dalam hal transfer pemain selama 31 tahun menjabat sebagai CEO AC Milan. Selain melepas Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic ke Paris Saint Germain (PSG), Galliani juga menyesali kegagalan Milan menggaet Carlos Tevez dari Manchester City pada pertengahan musim 2012/2013.

Pada Januari 2012, Milan sempat dikabaran siap menampung Carlos Tevez dari Manchester City. Pada saat itu, Galliani mengakui, Tevez berminat bergabung bersama Milan, dan begitu pun sebaliknya. Namun, kegagalan Milan mencapai kata sepakat dengan City membuat kepindahan Tevez ke Stadion San Siro gagal terwujud.

Baca Juga

''Ada beberapa momen penyesalan terbesar dalam urusan transfer saat di Milan. Pertama, ada Tevez (kegagalan merekrut Tevez). Bahkan, saya masih ingat tanggal saat kami gagal membawa Tevez, yaitu tanggal 12 Januari 2012,'' kata Galliani kepada Sky Italia seperti dilansir Football Italia, Rabu (2/9).

Tidak hanya itu, keputusan Milan melepas Thiago Silva dan Zlatan Ibrahimovic ke PSG pada Juli 2012 juga menjadi penyesalan terbesar Galliani. I Rossoneri melepas Silva dan Ibrahimovic dengan total nilai transfer mencapai 60 juta euro. Hingga saat ini, kepergian dua pemain itu dianggap sebagai akhir dari era kesuksesan Milan di bawah kepemimpinan presiden Silvio Berlusconi.

''Penyesalan lain adalah penjualan Ibrahimovic dan Thiago Silva. Delapan tahun setelah transfer itu, salah satunya ternyata kembali ke Milan dan pemain lainnya bergabung dengan Chelsea. Bisa dibilang, mereka adalah dua pemain paling penting PSG dalam beberapa tahun terakhir,'' tutur Galliani, yang kini menjabat Direktur Umum klub Serie B, Monza, tersebut.

Kendati begitu, semua penyesalan di urusan transfer pemain itu tidak ada artinya dibandingkan kekalahan Milan di partai final Liga Champions musim 2004/2005. Sempat unggul tiga gol terlebih dahulu atas Liverpool, gawang Milan justru kebobolan tiga gol dalam rentang waktu enam menit dalam laga yang digelar di Stadion Attaturk, Turki, tersebut.

I Rossoneri akhirnya harus gigit jari dan mesti rela melihat The Reds mengangkat trofi Liga Champions usai kalah 2-3 di babak adu penalti. ''Namun, tentu saja, penyesalan itu tidak artinya dibanding kekalahan di Istanbul,'' kata Galliani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement