REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Mungkin tidak banyak suporter Persija Jakarta saat ini terutama generasi milenial tahu mengenai sosok Sebastian Sinyo Aliandoe. Sinyo Aliandoe sendiri merupakan sosok pertama yang sukses mempersembahkan gelar juara baik itu sebagai pemain maupun pelatih.
Mengutip artikel dari laman resmi klub, Kamis (15/10), karier sebagai pemain diawali Sinyo bersama klub internal Persija, Maesa. Bakatnya yang luar biasa tercium oleh pelatih Persija kala itu, Endang Witarsa, yang membuatnya pun direkrut oleh tim Macan Kemayoran.
Bersama Persija, Sinyo berhasil membawa tim ibu kota juara kompetisi Perserikatan 1964 dengan rekor tak terkalahkan. Prestasinya di klub ikut membuatnya terpilih masuk dalam skuat timnas Indonesia.
Seperti di klub, prestasi sebagai pemain timnas juga tidak kalah dahsyat. Bersamanya, timnas Indonesia berhasil menjadi juara di turnamen Aga Khan, Piala Raja Thailand, dan Merdeka Games di Kuala Lumpur.
Sayang, akibat cedera patah kaki, Sinyo harus mengakhiri karier sepakbolanya di usia muda.
Meski begitu, kecintaannya terhadap sepakbola tak pernah luntur. Dia pun kembali melanjutkan hidupnya dengan menekuni karier kepelatihan di era 1970-an.
Persija merupakan tim yang dia latih pada masa awal dirinya mulai menekuni dunia kepelatihan. Bakat Sinyo ternyata lebih mumpuni sebagai pelatih.
Persija dibawanya meraih gelar juara Kompetisi Divisi Utama PSSI tahun 1973. Tak hanya juara PSSI, gelar juara Piala Quoch Khan di Vietnam plus medali emas PON untuk kontingen sepakbola DKI Jakarta juga diraihnya.
Tahun 1975, Sinyo kembali membawa Persija juara Indonesia. Selepas, membesut Persija, Sinyo berkesempatan melatih Indonesia. Kariernya sebagai pelatih pun terus menanjak, hingga akhirnya ditunjuk untuk menukangi timnas Indonesia.
Bersama timnas, yang paling dikenang manis adalah ketika dia menukangi tim Merah Putih di Pra Piala Dunia 1986. Kala itu, timnas tergabung di grup 3B. Di bawah tangan dingin Sinyo, India, Bangladesh, dan Thailand berhasil dilibas timnas.
Hanya saja, ketika sedikit lagi menuju Piala Dunia, asa mereka dikandaskan oleh Korea Selatan. Pada pertemuan pertama Indonesia takluk 2-0 di Seoul, dan di laga kedua kalah 4-1 di Jakarta.
Sinyo punya keunggulan dalam hal membaca taktik. Pergantian pemain yang dilakukannya selalu tempat dan membuahkan hasil yang positif.
Kini, pria kelahiran Larantuka, Flores Timur, 1 Juli 1940 itu sudah dipanggil Tuhan Yang Maha Esa pada usia ke-75 tahun. Tepatnya pada Rabu 18 November 2015 silam.
Saat itu Om Sinyo, begitu Sinyo Aliandoe biasa dipanggil, memang sudah cukup lama mengidap penyakit demensia.