Senin 09 Nov 2020 20:01 WIB

Pesilat Hanifan Maknai Kepahlawanan Sebagai Motivasi

Atlet pencak silat nasional Hanifan Yudani Kusumah menceritakan makna kepahlawanan

Hanifan Yudani Kusuma, atlet pencak silat peraih medali emas di ajang Asian Games 2018 berfoto bersama dengan teman seperguruannya saat penyambutan, di halaman GOR Tri Lomba Juang, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (3/9).
Foto: Republika/Edi Yusuf
Hanifan Yudani Kusuma, atlet pencak silat peraih medali emas di ajang Asian Games 2018 berfoto bersama dengan teman seperguruannya saat penyambutan, di halaman GOR Tri Lomba Juang, Jalan Pajajaran, Kota Bandung, Senin (3/9).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Atlet pencak silat nasional Hanifan Yudani Kusumah menceritakan makna kepahlawanan yang ia anggap sebagai dedikasi dan motivasi untuk terus mencetak prestasi bagi Indonesia.

Menurut Hanif, sifat kepahlawanan yang pantang menyerah dan disiplin, menjadi standar yang harus diterapkan seorang atlet agar bisa memberikan performa terbaik dan memenangkan pertandingan.

Baca Juga

"Tidak hanya bagi seorang atlet, tapi semua orang pasti merasakan perjuangan dalam skala dan konteks yang berbeda. Bagi saya pribadi, menjadi atlet pasti berat karena punya kesibukan yang berbeda. Tapi ini bentuk tanggung jawab yang harus diperjuangkan. Kalau sukses, menang, otomatis negara lain akan menilai dari kita bahwa orang Indonesia ulet dan bermental juang tinggi," Hanif memaparkan.

Dengan filosofi tersebut, Hanif tetap semangat berlatih meski kesulitan untuk menghabiskan waktu bersama teman-temannya. Ia yakin dengan disiplin dan tanggung jawab, bisa menghasilkan prestasi yang bisa mengharumkan nama bangsa seperti yang pernah ia catatkan dua tahun silam.

Nilai kepahlawanan yang ia junjung itu mampu mengantarkannya meraih medali emas di perhelatan Asian Games 2018, dan sempat melakukan selebrasi dengan memeluk Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, yang kala itu keduanya bersaing jelang Pemilu 2019.

Terkait peristiwa itu, atlet asal Bandung menceritakan bahwa saat itu ia hanya melakukan secara spontanitas. Kendati begitu, aksi tersebut membawa pesan bahwa prestasi bisa menyatukan perbedaan di tengah masyarakat.

"Kemenangan waktu itu mungkin tidak sebanding dengan peran pahlawan dulu, tapi paling tidak saya bisa memberikan kebanggaan bagi keluarga dan bangsa. Pesannya waktu itu satu, kita walau berbeda (pilihan) tapi punya satu tujuan agar Indonesia lebih baik. Saya sebagai Milenial punya tanggung jawab mempertahankan nasionalisme," kata atlet kelahiran tahun 1997 itu menceritakan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement