REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ''Saya yakin seribu persen akan mengambil penalti dengan cara itu dan saya akan mencetak gol,'' ucap Antonin Panenka, usai mengeksekusi dengan cara yang unik dan paling ikonik dalam turnamen sepak bola. Sejak saat itu, nama Panenka diabadikan sebagai salah satu teknik tendangan penalti, di mana eksekutor menendang dengan sedikit men-chip bola.
Panenka melahirkan teknik tersebut ketika membela Cekoslowakia pada final Piala Eropa 1976 melawan Jerman Barat. Laga berlangsung ketat sehingga harus ditentukan melalui adu penalti. Saat genting itulah, Panenka dengan begitu tenang mengecoh kiper Sepp Maier yang bergerak ke kiri, dengan mencungkil bola ke arah tengah. Teknik Panenka itu selanjutnya banyak diperbincangkan dan ditiru.
Jauh sebelum teknik itu mendunia, Panenka sadar kemampuannya mengeksekusi pinalti sempat dipertanyakan. Pemain yang lama membela Bohemians Praha ini berlatih keras mengeksekusi pinalti bersama kiper Bohemians, Zdenek Hruska. Sepanjang latihan keduanya kerap terlibat taruhan yang membuat Panenka kehilangan banyak uang.
Panenka yang frustasi mulai mencari cara untuk bisa mengalahkan Hruska. ''Saya mulai memikirkan cara baru untuk sukses. Saya berbaring di malam hari dan memikirkanhal ini. Saya mencoba memikirkan cara mengalahkannya, untuk mengganti kerugian saya,'' ungkap Panenka seperti dilansir Thesefootballtimes, Selasa (24/11).
Panenka mulai berpikir untuk menendang ke arah tengah gawang. Ia tahu kalau kiper akan memilih salah satu sisi. Namun, jika menendang terlalu keras, kiper bisa menahan dengan kaki. Apabila tak terlalu kencang, kipper mungkin tak bisa kembali ke posisi tengah karena memutuskan satu arah yang ditebaknya. Panenka akhirnya memilih mencungkil bola yang meluncur pelan ke sisi tengah gawang.
“Tidak ada penjaga gawang yang akan bertahan di tengah, itulah yang menjadi dasar strategi saya,'' tegas Panenka yang mengoleksi 76 gol dari 230 penampilan bersama Bohemians Praha.
Panenkan pun merasa senang teknik yang dipikirkan yang berawal dari sebuah taruhan itu, jadi dikenal dunia dan digunakan oleh pemain-pemain top. ''Jika itu bisa dipatenkan, saya akan mematenkannya,'' kata Panenka sambil bercanda.
Tak hanya Panenka yang punya gaya unik dalam mengeksekusi penalti, Gelandang Manchester United Bruno Fernandes, juga punya ciri khas tersendiri. Pemain internasional Portugal itu selalu melompat sebelumnya melakukan tendangan penaltinya. Tekniknya itu pun menjadikan Fernandes jadi pilihan utama Ole Gunnar Solskajaer menjadi algojo penalti dibandingkan Marcus Rashford, Paul Pogba maupun Anthony Martial.
Catatan keberhasilan Fernandes cukup impresif. Pada musim 2019/20, ia mencetak delapan gol dari delapan penalti untuk MU di semua kompetisi. Sebelum itu, dalam dua setengah musim sebagai pemain Sporting CP, ia mengambil 17 penalti dan hanya sekali gagal. Sepanjang melakoni tugasnya, sesekali Fernandes tak melakukan gaya melompatnya saat mengambi penalti.
Pemain internasional Portugal itu pun mengaku tak punya rahasia dari tendangannya. ''Saya pikir bahwa saya hanya banyak berlatih. Saya selalu memperhatikan apa yang kiper lakukan, bagaimana posisi mereka, bagaimana cara terbaik mereka mencegah gol,'' kata Fernandes, dikutip dari ESPN.