REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade bukan satu-satunya yang menjadi korban pandemi. Yang ada malahan penundaan Olimpiade ini menimbulkan efek domino terhadap jadwal-jadwal kompetisi olahraga dunia lainnya.
Keputusan penundaan Olimpiade jelas memunculkan kemungkinan jadwal yang berbenturan dengan agenda olahraga yang memang sudah dijadwalkan digelar tahun depan. Tentu ini menjadi persoalan pelik, baik bagi IOC maupun federasi-federasi olahraga.
Sedikit kejuaraan yang menjadi korbannya, antara lain kejuaran dunia akuatik, kejuaraan dunia atletik, kejuaraan dunia bulu tangkis. Belum lagi jadwal kompetisi lain seperti Piala Eropa, Copa America, Tour de France, dan masih banyak lagi.
Kejuaraan-kejuaraan tersebut hanya sebagian saja yang terdampak. Masih ada event olahraga lainnya yang harus menyesuaikan agar tak bentrok dengan jadwal kualifikasi dan pelaksanaan Olimpiade itu sendiri.
Hikmah dan konsekuensi bagi Indonesia
Terlepas dari kemungkinan jadwal yang bentrok serta kemungkinan agenda yang padat pada tahun depan, Indonesia tetap menghargai keputusan penundaan itu.
Presiden Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Raja Sapta Oktohari bahkan menilai penundaan Olimpiade Tokyo 2020 justru berdampak positif bagi atlet karena bisa memperpanjang waktu persiapan dan latihan.
Dengan penundaan selama satu tahun, KOI berharap akan ada kesempatan bagi atlet yang belum lolos kualifikasi agar bisa mengejar target lolos Olimpiade.
Hingga saat ini, Indonesia baru meloloskan enam atlet ke Tokyo dari cabang angkat besi, menembak, panahan, dan atletik. Mereka adalah Eko Yuli Irawan, Windy Cantika Aisah, Lalu Muhammad Zohri, Vidya Rafika, dan dua atlet panahan dari nomor recurve putra dan putri.
"Bagi atlet yang belum qualified siapa tahu dengan adanya penundaan ini peluangnya bisa kembali terbuka dan berkesempatan mengikuti proses kualifikasi. Jadi kami lihatnya lebih ke sisi baiknya lah," kata Oktohari.
Pun demikian dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali yang mengatakan bahwa pihaknya menerima keputusan penundaan, meskipun hal itu diakuinya berat bagi Indonesia.
Pasalnya, menurut Zainudin, 2021 bakal menjadi tahun tersibuk bagi olahraga Tanah Air. Selain Olimpiade, akan ada beberapa event olahraga lainnya yang bakal diikuti oleh Indonesia, di antaranya Asian Youth Games, Asia Winter Games, Islamic Solidarity Games, SEA Games Vietnam, dan tentu saja kesibukan mempersiapkan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 2021.
Dengan banyaknya kegiatan di tahun depan jelas hal itu akan berimbas sangat besar ke pembengkakan anggaran yang tak dapat dihindari.
“Memang ini berkonsekuensi dengan pembengkakan anggaran kita. Apa yang seharusnya sudah bisa selesai di tahun ini, tapi karena harus ditunda, maka pelatnas berjalan dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Apalagi kita harus melakukan pelatihan jangka panjang untuk kegiatan yang akan dihadapi ke depan itu," kata Zainudin.
Kemenpora sebetulnya telah menggelontorkan total dana fasilitas pelatnas Olimpiade Tokyo 2020 sebesar Rp161,5 miliar, dengan rincian Rp86,2 miliar untuk biaya pelatnas 10 cabang olahraga, dan Rp75,3 miliar untuk Komite Paralimpiade Indonesia (NPC).
Dengan penundaan Olimpiade, maka Kemenpora dipastikan harus mempersiapkan anggaran lebih besar untuk mempersiapkan atletnya tak hanya menuju Olimpiade Tokyo, tetapi juga SEA Games Vietnam pada November tahun depan.
Meski begitu, Kemenpora juga akan mengalokasikan Rp1,5 triliun dari total anggaran tahun 2021 sebesar Rp2,32 triliun untuk peningkatan prestasi olahraga pada tahun depan.
Tahun 2020 seharusnya menjadi puncak dan momen perayaan atas kerja keras seluruh atlet di belahan dunia untuk membuktikan diri tampil di ajang tertinggi Olimpiade.
Mengecewakan memang. Namun di tengah situasi dunia yang sedang sulit dan berbahaya saat ini, olahraga dan seluruh aspek kehidupan lainnya setara. Tak ada yang lebih penting ketimbang keselamatan dan nyawa manusia.
Olimpiade Tokyo sudah diputuskan ditunda. Jam raksasa hitung mundur di Tokyo itu hanya mampu bertahan hingga angka 112 hari tersisa menjelang pembukaan pesta empat tahunan itu.
Semoga saja pada tahun depan cerita itu tak terulang menambah rentetan catatan sejarah lainnya dalam pelaksanaan pesta olahraga terakbar sejagad itu.