REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pecatur belia Indonesia Laysa Latifah memastikan diri sebagai peringkat ketiga FIDE Online World Cadet & Youth Rapid Chess Championship. Laysa menang atas Rochelle Wu dari Amerika Serikat pada Kamis (24/12) dini hari WIB
Menghadapi lawan yang sudah bergelar Women International Master (WIM), Laysa (1897) tampil tenang dalam duel memperebutkan tempat ketiga kategori U-14 itu.
Pada partai terakhir, Laysa yang sebenarnya hanya membutuhkan hasil remis, tampil taktis menghadapi gempuran Wu yang tampil agresif. Pertandingan pun berlangsung alot dan Wu baru benar-benar menyerah setelah waktu pikirnya habis pada Langkah ke-54.
Juara dunia G14 diraih Eline Roebers dari Belanda yang pada final menaklukkan WFM Gaal Zsoka (2077) dari Hungaria dengan skor 1,5-0,5.
Kejuaraan dunia catur cepat (waktu pikir 15 menit plus 10 detik per langkah) untuk anak-anak (usia 10-14 tahun ) dan remaja (16-18 tahun) ini diselenggarakan oleh tuan rumah Georgia sebagai pengganti kejuaraan offline serupa yang harus dibatalkan tahun ini lantaran pandemi COVID-19.
Menurut keterangan dari PB Percasi, prestasi yang dicapai Laysa Latifah ini sangat membanggakan karena harus melalui perjuangannya sangat panjang dan berat.
Sebelumnya Laysa harus lolos babak kualifikasi dari kawasan Benua Asia pada 11-13 Desember 2020. Dari 33 peserta yang berasal dari 21 negara Asia termasuk wakil dari China dan India, Laysa keluar sebagai juara dengan angka sempurna 7 poin dari tujuh babak.
Pertandingan babak final yang menggunakan sistem gugur diikuti 16 pecatur yang berasal dari empat benua (masing-masing benua diwakili empat pemain). Dengan sistem silang masing-masing pecatur bertanding dua kali. Sekali dengan buah putih dan sekali dengan buah hitam. Jika seri ditambah satu babak Armageddon dengan pemegang buah putih mendapat waktu pikir 5 menit sedang hitam 4 menit. Kalau berakhir remis maka pemegang buah hitam yang melaju ke babak berikutnya.
Pada babak perdelapan final, Laysa menghadapi WFM Varshini M. Sahithi (2070) dari India. Hasilnya Laysa menang sekali dan remis sekali atau total skor 1,5-0,5.
Pada babak perempat final Laysa yang merupakan adik kandung dari WIM Umni Fisabilillah ini mencukur pecatur Filipina April Joy Claros (1459) tanpa ampun 2-0.
Pada babak semifinal, Laysa yang sempat unggul 1-0 lebih dulu melawan pecatur Belanda, Eline Roebers (2066). Cuma butuh hasil remis pada partai kedua. Laysa yang pegang buah hitam ini pun memasang strategi main bertahan. Ini tampaknya strategi yang keliru karena buah caturnya jadi pasif, sementara Eline jadi leluasa menyerang dan menyerang, akhirnya Eline memang yang menang.
Berlanjut ke partai Armageddon, dalam undian buah catur, Laysa mendapat buah hitam. Menyadari hanya butuh remis, Laysa kembali pasang strategi bertahan dan lagi-lagi berakibat Eline leluasa menyerang dan menyerang hingga menang. Kalah 1-2, Laysa harus puas hanya bertarung untuk memperebutkan posisi ketiga.
Dalam perebutan tempat ketiga, Laysa yang sempat unggul 1-0 duluan, harus menyerah pada partai kedua karena memilih variasi yang sangat tajam dari pertahanan Semi-Slav sistem Botvinnik dengan mengorbankan satu bidak yang ternyata tidak bisa direbut kembali.
Dengan skor 1-1 maka dimainkanlah partai Armageddon. Laysa yang kembali dapat buah hitam dalam undian, memilih pertahanan Gambit Menteri.
Laysa yang hanya butuh remis kali ini tidak memasang strategi bertahan. Dia main normal dan ternyata mampu memenangi partai hidup-mati tersebut. Laysa Latifah pun menjadi juara tiga dunia Girl 14 yang akan menjadi kado bagi dirinya yang akan berulang tahun ke-15 pada 11 Januari 2021.
Indonesia menurunkan 8 pecatur dalam ajang ini, tapi hanya dua pecatur yang mampu lolos hingga babak final. Selain Laysa, adalah Samantha Edithso di kelompok G12 yang juga lolos kualifikasi Asia sebagai juara dengan merebut angka sempurna 7 poin dari tujuh babak.
Sayangnya pada babak perdelapan-final dunia, Samantha (1792) harus takluk 0,5-1,5 dari pecatur India Sreekumar Anupam M (1798).