Jumat 25 Dec 2020 23:04 WIB

Juara Tinju Ini Sebut Eks Pelatihnya Mirip Sir Alex

Joshua adalah juara tinju kelas berat IBF, WBA dan WBO.

Rep: Rahmat Fajar/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Sir Alex Ferguson
Foto: Jon Super/AP
Sir Alex Ferguson

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Juara tinju kelas berat IBF, WBA dan WBO, Anthony Joshua mengeklaim pelatih lamanya, Rob McCracke, mirip dengan pelatih sepak bola legendaris, Sir Alex Ferguson. Ia menilai status McCracke sama dengan Ferguson karena jasanya dalam membimbing dalam meraih kesuksesan di dunia ring tinju.

"Rob adalah seorang pelatih - saya melihatnya seperti Sir Alex Ferguson. Manajer hebat, pelatih hebat, pengalaman hebat,” kata Joshua kepada Sky Sports, Jumat (25/12).

Ia menjelaskan, tim pelatihnya terus berkembang. Menurutnya, ia dan Sean Murphy menaklukkan tahapan demi tahapan kelas amatir di sekitar Inggris. Kemudian bersama McCracke, Joshua berkembang maju ke panggung Internasional. Lalu berlanjut ke profesional untuk kemudian menjadi petinju dunia.

Dalam pertandingan melawan Wladimir Klitschko, ungkap Joshua, semua orang berkata bahwa dirinya menunjukkan semangat pejuang sejati.  "Sangat mudah untuk melihat apa yang hebat lakukan sekarang. Sebelumnya, Anda tidak bisa melihat karena tidak ada begitu banyak (media sosial). Ada begitu banyak sumber informasi sekarang,” ujarnya.

Ia mengakui McCracke telah membawanya menaklukkan panggung tinju dunia. Tetapi Joshua membutuhkan hal lain agar kariernya berkembang lebih tinggi. Kehadiran Joby Clayton dan Angel Fernandez sebagai pelatih anyar dinilai membantu Joshua bangkit dari kekalahan Ruiz Jr.

"Joby adalah seniman bela diri yang melihat berbagai hal dari sudut pandang yang sehat - gaya hidup, kembali ke gaya pertarungan kuno Kronk tahun 70-an di mana Anda bertempur ke tingkat di mana Anda memotret dan menjatuhkan orang di luar,” ungkapnya menggambarkan sosok Clayton.

Clayton adalah pelatih berkepala dingin. Hal tersebut berdampak kepada sikap Joshua dalam menghadapi pertandingan yang panas. Ia tetap tenang melawan tingginya tensi pertarungan.

"Dalam pelatihan saya melihat diri saya di cermin dan pergi ke dasar saya - pola pikir dingin, tulang punggung tinggi, pria terbesar di ruangan itu, percaya diri. Kadang-kadang saya membayangkan arena pertarungam dan berbicara seolah-olah saya adalah komentatornya,” ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement