REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI Rionny Mainaky mengatakan kunci sukses para pemain Jepang adalah jam terbang dan kesungguhan mereka dalam berlatih. Hal ini diungkapkan dalam acara Webinar SIWO PWI JAYA yang mengangkat tema Mengawal 100 Hari Kinerja Ketua Umum PBSI, Kamis (4/2).
"Kalau di Jepang baik pemain senior dan junior harus ikut 21 turnamen dalam setahun. Mereka berprestasi atau tidak, akan tetap diberangkatkan. Ini untuk menambah jam terbang, khususnya untuk pemain senior," ujar Rionny yang pernah menjadi pelatih di negeri Sakura tersebut.
Rionny mengatakan, kalau di sini bisa diberlakukan seperti itu, ia yakin hasilnya akan lebih bagus dari Jepang hasilnya. Menurut Rionny, inilah yang menyebabkan, pemain kita bagus saat junior tetapi ketika naik ke jenjang senior tidak sehebat prestasinya ketika masih di junior.
"Makin sering bertanding makin banyak pengalaman menghadapi situasi permainan. Makin kenal juga dengan bermacam lapangan. Karena situasi lapangan berpengaruh. Sering bertanding berbeda dengan latihan saja," kata Rionny.
Selain itu, ia melihat kesungguhan para pemain Jepang berlatih. Menurut dia, pemain Jepang yang sukses tidak lagi berlatih 100 persen, melainkan 200 persen.
Rionny mengaku sudah mulai menerapkan apa yang pernah diterapkan di Jepang. Ia meminta para pemain berlatih dengan sungguh-sungguh dan total, terutama di tunggal putri yang saat ini minim prestasi. "Saya sudah terapkan kepada Putri KW, hasilnya dia saat simulasi atau turnamen bisa mengalahkan seniornya," ungkap Rionny.
Sementara itu Greysia Polii yang saat ini menjadi pemain paling senior di sektor putri, menyatakan pemain junior sulit berkembang di saat senior salah satunya karena masalah mental. "Mental pemain dibangun sejak kecil. Khusus putri bahkan harus memiliki semangat lebih untuk bisa sukses," kata dia.
Ia meminta semua pihak...