REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Thomas Tuchel mengakui kekalahan tim asuhannya Paris Saint-Germain (PSG) dari Manchester United pada 2019 pada babak gugur Liga Champions menjadi titik terendah dalam karier kepelatihannya. Tuchel yang kini menjadi pelatih Chelsea menukangi PSG, ketika tim besutan Ole Gunnar Solskjaer secara sensasional membalikkan defisit 0-2 pada leg pertama babak 16 besar di Manchester dengan kemenangan di Paris.
Pada Ahad (28/2), Tuchel akan menyambut United di Stamford Bridge untuk pertama kalinya sejak bergabung dengan Chelsea. Tuchel mengungkapkan bahwa kekalahan waktu itu membuatnya tidak dapat berbicara dengan siapa pun selama dua hari.
"Saya bisa sangat jujur, setelah pertandingan itu saya dua hari berada di tempat yang sangat gelap, saya tidak dapat berbicara dengan siapa pun dan memikirkan hal lain selain kekalahan ini. Itu mungkin kekalahan terburuk yang saya alami karena datangnya entah dari mana," kata Tuchel, dikutip dari Daily Mail, Sabtu (27/2).
"Saya tidak pernah mengalami hal seperti ini lagi atau sebelumnya. Sepertinya itu datang entah dari mana dan itulah mengapa pukulan ini sulit dilupakan."
Marcus Rashford menjadi penentu kemenangan pada injury time di Paris membuat Tuchel bertanya pada dirinya sendiri tentang kemampuannya melatih. Mirip seperti ketika Chelsea ditahan imbang Southampton dalam pertandingan terakhir Chelsea di liga.
Tuchel percaya pelajaran dari patah hati itu hampir membuahkan hasil setahun kemudian ketika timnya mencapai final Liga Champions. Sayang, PSG kalah 0-1 dari Bayern Muenchen di partai final.
Tuchel tidak akan menggunakan kekalahan PSG dari United sebagai gangguan untuk mempersiapkan duel melawan Setan Merah kembali.
"Apakah saya pecundang yang baik? Mari tunjukkan pecundang yang bagus di level ini. Kami menyukai kompetisi dan kami senang menang. Inilah yang kami harapkan akan kami dapatkan besok," tegasnya.