REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANIERO -- Final ideal terjadi pada final Copa America 2021. Brasil bertemu Argentina di Stadion Maracana, Rio de Janiero, Brasil, Ahad (11/7) pagi WIB.
Tim Selecao, julukan Brasil, dan La Albiceleste terlibat dalam rivalitas memanas sepanjang waktu. Pertandingan antara kedua tim mendapat julukan Superclasico del las Americas.
Khusus di turnamen ini, para raksasa tersebut sudah 33 kali berhadapan. Hasilnya, Argentina meraih 15 kemenangan. Brasil unggul di 10 laga. Sisanya delapan duel berkesudahan imbang.
Pasukan Selecao merupakan juara bertahan. Jelas, Thiago Silva dkk tak ingin trofi Copa America diambil sang rival. Apalagi, kompetisi kali ini kembali berlangsung di kandang sendiri.
Gelandang tuan rumah, Casemiro menyatakan, kubunya membutuhkan kerja sama tim untuk meladeni kekuatan La Albicesleste. Ia mengakui kualitas kelas wahid kapten Argentina, Lionel Messi.
Namun Argentina bukan hanya Messi seorang. Sebuah kesalahan jika Brasil hanya terfokus pada La Pulga, julukan Messi. Ada banyak nama mentereng dari pihak lawan yang bisa membuat perbedaan.
"Anda tidak bisa hanya menandai satu pemain. Anda membutuhkan rekan setim. Ini dimulai dari Neymar, Richarlison, dan berakhir di penjaga gawang," kata Casemiro, dikutip dari Miamiherald.com, Jumat (9/7).
Sebuah pernyataan diplomatis keluar dari mulut jagoan Real Madrid itu. Pada akhirnya, Messi tetap mendapat perhatian lebih. Pemandangan seperti itu sudah sering terlihat.
Apalagi sepanjang turnamen Copa America 2021, La Pulga tampil gemilang. Pesepak bola 34 tahun itu sudah mencetak empat gol dan lima assists. Sinyal bahaya untuk pertahanan Brasil.
Kemudian, Messi sedang dilanda rasa penasaran. Ia belum jua mempersembahkan trofi untuk negaranya di level senior. Ia telah berada di tiga final Copa, dan satu laga puncak Piala Dunia. Semua berakhir dengan kekalahan.
"Saya selalu mencoba memberikan segalanya saat bermain untuk timnas Argentina. Saya selalu berjuang demi memenangkan trofi," ujar Messi yang sudah mengoleksi enam penghargaan individu pemain terbaik dunia (Ballon d'Or) itu, menegaskan.
Baik Brasil maupun Argentina sama-sama menjadi juara grup di babak penyisihan. Selanjutnya di fase sistem gugur, kedua raksasa melenggang mulus. Tuan rumah memiliki statistik sedikit lebih mentereng dari pasukan Scaloni.
Sejak laga perdana hingga semifinal, Selecao mencetak 12 gol dan hanya kebobolan dua gol. Padahal pelatih Brasil Tite sering merotasi skuasnya. Itu membuktikan kualitas anak asuh Tite merata di segala lini.
Sementara penggawa La Albiceleste telah merobek jala lawan dalam 11 kesempatan. Kemudian gawang Emiliano Martinez, tiga kali bergetar. Tim Tango mendapat perlawanan sengit di babak empat besar.
Hingga 90 menit, Argentina bermain imbang 1-1 dengan Kolombia. Pada sesi adu penalti, Messi dkk unggul 3-2. Kemenangan dramatis tersebut membawa anak asuh Scaloni ke Maracana.
Terakhir kali, Superclasico de las Americas di turnamen ini, berlangsung pada 2019 lalu. Saat itu kedua raksasa bertemu di semifinal. Pasukan Tite menang 2-0, dan kemudian menjadi juara.