REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Petenis Serbia Novak Djokovic ragu untuk berkompetisi di Olimpiade Tokyo akhir. Hal ini menyusul keputusan penyelenggara melarang kehadiran penonton dan pembatasan jumlah orang yang dapat dia bawa ke Olimpiade.
Penyelenggara Olimpiade, mengatakan bahwa Olimpiade akan berlangsung tanpa penonton di Tokyo karena lonjakan kasus COVID-19. Hal itu memaksa Jepang mengumumkan keadaan darurat di ibu kota yang akan berlangsung selama acara olahraga multievent sejak 23 Juli itu.
"Saya harus memikirkannya," kata Djokovic setelah memenangi gelar Wimbledon, dikutip dari Reuters, Senin (12/7).
"Saya selalu punya rencana ke Olimpiade, tetapi saat ini saya sedikit terpecah. Ini seperti 50-50 karena apa yang saya dengar dalam beberapa terakhir," ujar Djokovic.
Ia menyelesaikan leg ketiga untuk meraih Golden Slam, Minggu, ketika dia menambahkan gelar Wimbledon ke dalam daftar kemenangannya setelah Australian Open dan Roland Garros, pada 2021. Ini adalah pertama kali dalam karir Dojokovic memenangi tiga gelar utama musim ini.
Dia kemungkinan tidak akan pernah mendapatkan kesempatan lain untuk menyelesaikan Golden Slam jika dia memilih keluar dari Olimpiade seperti banyak saingannya. Beberapa nama besar olahraga, termasuk Rafa Nadal, Dominic Thiem, Stan Wawrinka, Nick Kyrgios, Serena Williams dan Simona Halep telah mengumumkan keputusan mereka untuk melewatkan Olimpiade, yang telah tertunda satu tahun karena pandemi. Djokovic mengatakan dia "sangat kecewa" mendengar bahwa acara di Tokyo akan digelar tanpa kehadiran penonton.
"Saya juga mendengar bahwa akan ada banyak batasan di desa (Olimpiade)," kata Djokovic.
"Mungkin Anda tidak akan dapat melihat atlet lain tampil secara langsung. Saya bahkan tidak dapat mengajak stringer saya yang merupakan bagian yang sangat penting dari tim saya. Saya juga terbatas dengan jumlah orang yang dapat saya bawa di tim saya," ujar dia menambahkan.