REPUBLIKA.CO.ID, LIVERPOOOL -- Pelatih Liverpool, Juergen Klopp, melancarkan kritikan terhadap Asosiasi Sepak Bola Dunia (FIFA) terkait rencana perubahan jadwal Piala Dunia. FIFA sedang melakukan studi kelayakan mengubah jadwal Piala Dunia dari empat tahun sekali menjadi dua tahun sekali.
Klopp mengeluarkan pernyataan pedasnya. Ia melihat alasan FIFA untuk memberi kesempatan kepada banyak negara unjuk gigi, hanyalah omong kosong belaka. "Pada akhirnya itu semua tentang uang," ujar juru taktik berkebangsaan Jerman itu.
Ia menegaskan, kesejahteraan pemain secara berkelanjutan, menjadi fokus utama. Ini tak hanya dari segi materi, tapi juga mental dan fisik. Sebab, para jugador lapangan hijau, unsur terpenting dari permainan ini. Tanpa mereka, tak ada sepak bola.
Berbeda dengan Klopp, Jose Guardiola justru sebaliknya. Pelatih Manchester City termasuk kubu yang melihat dari sisi positif rencana tersebut.
"Anda tidak perlu mengkriminalisasi ide. Piala Dunia luar biasa. Sebagai pendukung, saya senang menonton. Bagus jika itu berlangsung setiap dua tahun," tutur Pep.
Ramai-ramai menentang
Salah satu tokoh pendorong ide perubahan jadwal Piala Dunia adalah Arsene Wenger. Mantan pelatih Arsenal itu menilai aturan lama sudah ketingggalan zaman.
"Siklus empat tahunan ini tercetus pada 1930 dan 133 negara belum pernah ke Piala Dunia," kata sosok yang kini menjabat sebagai Kepala Pengembangan Sepak Bola Global FIFA, dikutip dari BBC, Sabtu (11/9).
Ia memahami, sepintas terlihat jadwal pertandingan semakin padat. Oleh karenanya, FIFA siap membatasi jumlah jeda internasional pertengah musim. Sehingga, para pemain tidak terlalu banyak berpindah tempat. Ini bisa menghemat tenaga mereka.
Namun, para penggemar dan klub Inggris menolak rencana FIFA tersebut. Pelatih Crystal Palace, Patrick Vieira, menganggap Wenger sebagai seorang yang visioner. Namun idenya membuat jadwal Piala Dunia menjadi dua tahun sekali, justru mengurangi nilai prestise ajang tersebut.
Ketua La Liga, Javier Tebas, juga berada di pihak yang berseberangan dengan FIFA. Presiden UEFA, Aleksander Ceferin, pun ikut menetang ide tersebut.