REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Striker Chelsea, Romelu Lukaku, meminta perusahaan media sosial (medsos) lebih tegas mencegah ujaran rasialisme yang belum hilang dari jagad maya. Menurut pemain berpaspor Belgia itu, pesepak bola juga harus melakukan aksi yang lebih nyata dari sekadar berlutut sebelum pertandingan.
Lukaku baru saja memutuskan untuk berhenti berlutut sebelum laga karena dinilai tak efektif membendung rasialisme. Hal senada juga dilakukan oleh pemain Crystal Palace, Wilfried Zaha, yang memutuskan berhenti berlutut sebelum laga sebagai bentuk protesnya terhadap pencegahan rasialisme yang masih loyo.
Lukaku yang saat ini sudah mengemas tiga gol dari empat pertandingan berharap pencegahan diskriminasi dapat lebih efisien alih-alih melakukan tindakan seremonial.
"Saya pikir kami harus melakukan aksi yang lebih nyata. Ya, kami berlutut. Penonton bertepuk tangan tapi pada akhirnya penghinaan tetap ada," kata Lukaku seperti dilansir Talksport, Jumat (24/9).
Lukaku berharap kapten tim mewakili setiap klub untuk berdiskusi dengan perusahaan pemilik medsos guna membicarakan tindakan yang lebih tegas soal rasialisme. Menurutnya, ujaran diskriminatif kerap muncul di jagad maya selain di lapangan.
"Kita harus menghentikan (diskriminasi) tidak hanya di pertandingan sepak bola pria, tapi juga perempuan. Kita harus bersama-sama berdiskusi dalam sebuah konferensi untuk membicarakan hal-hal yang penting bagi pemain," jelas Lukaku. "Perlu ada perlindungan untuk seluruh pemain dan juga penonton. Selain itu, pemain muda yang ingin menjadi profesional juga perlu (mendapat perlindungan)."