Jumat 29 Oct 2021 19:23 WIB

Koordinator SoS Minta Dugaan Pengaturan Skor Diusut Tuntas

Pengaturan skor bisa menjadi penyakit kronis sepak bola nasional.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Endro Yuwanto
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), penggiat sepak bola Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan).
Foto: Republika/Dadang Kurnia
Legenda sepak bola nasional Rochy Putiray (kedua kiri), penggiat sepak bola Januar Herwanto (kedua kanan), dan perwakilan dari Save Our Soccer Akmal Marhali (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Save our Soccer (SoS) Akmal Marhali mempertanyakan kinerja Satgas Anti-Mafia Bola setelah adanya laporan dari manajemen Perserang Serang terkait dugaan pengaturan skor ke PSSI. Sebelumnya, manajer Perserang, Babay Karnawi, mengaku memiliki sejumlah barang bukti.

Laporan itu menyebutkan adanya pihak luar yang telah menghubungi sejumlah pemain Perserang untuk kalah dalam pertandingan melawan Rans Cilegon United, Persekat Tegal, dan Badak Lampung FC di pertandingan grup Liga 2 2021.

Baca Juga

"Sungguh ini aib yang memalukan di saat setiap laga baik Liga 2 maupun Liga 1 ada petugas yang menggunakan rompi bertuliskan Satgas Anti-Mafia Bola," kata Akmal kepada Republika.co.id, Jumat (29/10).

Padahal, kata Akmal, tugas Satgas Anti Mafia Bola berdasarkan sprindik adalah memetakan sejumlah laga yang terindikasi terjadi pengaturan skor, melakukan penyidikan, dan penyelidikan serta penangkapan.

"Satgas Mafia Bola seharusnya bekerja dalam diam, tidak gagah-gagahan pamer rompi di lapangan. Menariknya di depan personal berompi itu selalu ada kasus blunder wasit yang didiamkan," jelas Akmal. "Apa yang diungkap manajemen Perserang menampar wajah satgas pimpinan Brigjen Hendro Pandenowo."

Terlepas dari itu, Akmal mengatakan, dari apa yang dilaporkan oleh manajemen Perserang terkait adanya dugaan pengaturan skor, harus diusut tuntas dan juga bisa dikembangkan untuk memerangi pengaturan skor yang menjadi penyakit kronis sepak bola nasional.

"Ini bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar sampai ke akar-akarnya. Jangan sampai kasus ini menguap begitu saja seperti sebelum-sebelumnya. Match fixing itu candu. Seperti narkoba. Ada celah sedikit, maka akan berulang. Ini pertaruhan buat PSSI yang dipimpin mantan polisi," kata Akmal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement